Hingga kini, aksesoris handmade berbahan rajut masih banyak dilirik sebagai peluang usaha. Salah satunya oleh Ibu Tita Kartika asal Desa Bantarmara, Kec. Cisarua. Beliau merintis usaha rajut ini sejak 2013.
Beberapa orang yang terjun pada dunia handmade memiliki kecenderungan karena menyukai produk handmade atau pun proses pembuatannya. Namun, hal ini cukup berbeda dengan Ibu Tika.
“Awalnya cuman main-main. Saya coba belajar rajut secara autodidak dengan meniru motif yang sudah ada. Waktu itu, saya coba bikin bros rajut berbentuk bunga,” ungkapnya.
Produk buatannya ini pun dilirik oleh seorang kepala sekolah TK di daerahnya. Ketertarikan kepala sekolah ini membuatnya memberikan tantangan pada Ibu Tika untuk memproduksi rajutan dalam bentuk lain. Kemudian, lahirlah tas pensil rajut.
Berkat dorongan kepala sekolah tersebut, Ibu Tika pun dilirik oleh masyarakat, khususnya di daerahnya. Maka, banyak produksi rajutannya yang dikerjakan sesuai dengan keinginan teman-teman pun masyarakat di sekitarnya.
Sampai kini, Ibu Tika telah memproduksi beragam jenis rajutan di antaranya bros, dompet, tas hp, tas selempang, bandu, sarung tisu, konektor masker, peci, dan gantungan kunci. Semenjak pandemi, konektor masker kemudian menjadi produk paling banyak diminati.
Selain memproduksi satuan dengan harga mulai dari Rp. 5.000, Ibu Tika pun menyilakan pembeli yang ingin memesan dalam jumlah banyak seperti suvenir pernikahan. Sebagai usaha yang lahir dari sebuah tantangan kepala sekolah di daerahnya, Ibu Tika pun siap untuk menerima segala tantangan. Salah satunya memproduksi produk dalam jumlah banyak. Pembeli yang tertarik, dapat melihat produk buatannya dan melakukan pemesanan melalui Instagram @tita.bianita.
