Tak hanya itu, bahkan banyak juga yang memanfaatkan bambu sebagai bahan mata pencaharian. Tak terkecuali yang dilakukkan oleh Markus Lina, yang mengembangkan usahanya di industry kerajinan bambu di Nusa Tenggara Timur.
Ia merupakan penduduk asli NTT yang membagikan kisah inspiratifnya sebagai salah satu pengrajin bambu. Sebagai pegiat UMKM industry kerajinan, Markus Lina berhasil menembus pameran G20 yang diadakan di Labuan Bajo Kabupaten Mnggarai Barat, Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu.
Perhelatan pameran Sherpa G20 tersebut menghadirkan sejumlah produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dari berbagai macam industry. Mulai dari kerjaninan tangan, kopi, hingga kain tenun ikat.
Produk-produk lokal tersebut merupakan karya pelaku UMKM binaan Rumah Kreatif Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Kabupaten Ngada. Kategorisasi dalam pameran tersebut yakni makanan, fashion dan kerajinan tangan.
Kreativitasnya dalam mengolah kerajinan bambu menjadi berbagai macam produk ekonomis mendorong Markus menggapai kesuksesannya. Dirinya tak menyangka bisa mengikuti pameran berkelas G20 di Labuan Bajo itu.
Produk-produk unik yang Markus hasilkan yakni antara lain gela, kalung, gelang, kap lampu, tempat tisu, dan produk cenderamata lainnya. Ia pertama kali memperkenalkan produk buatannya pada tahun 2014 silam.
Namun siapa sangka, perjalanannya dalam meniti bisnisnya tidak lah mudah. Ayah dari 3 anak itu hanya bisa berjualan di trotoar jalanan Kota Bajawa. Nasibnya mulai berbalik Ketika dirinya memberanikan diri mengikuti pameran tingkat lokal yang diinisiasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemerintah Kabupaten Ngada.
Momen tersebut menjadi titik balik bagi Markus Lina. Produknya menjadi perhatian pemerintahan setempat.
Salah satu produknya berjenis kap lamu dari bambu, diborong sebanyak 150 buah oleh kepala desa setempat, seharga Rp 15 juta. “Dari situlah semangat luar biasa muncul dalam diri saya untuk mulai berkereasi menciptakan produk-produk dari bambu,” kenang Markus.
Markus Angkat Bambu Sebagai Bahan Baku Potensial
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bambu adalah salah satu sumber daya alam yang dominan ditemui di Indonesia. Sehingga keberadaannya dapoat disebut sebagai salah satu tumbuhan potensial.
Begitu pula di Kabupaten Ngada, maupun di daerah lain di Pulau Flores. Bambu sering dijumpai di haampi banyak lahan perkebunan masyarakat.
Pada 2018 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan Kabupaten Ngada sebagai pusat unggulan untuk program 1000 desa bambu, dalam mengembangkan dan memperkuat pemanfaatan bambu di Indonesia melalui industry bambu berbasis masyarakat.
Walau demikian, tumbuhan potensial tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan keuntungan ekonomi. Karena kebabnyakan masyarakat masih memanfaatkan bambu sebagai bahan bangunan rumah, pagar maupun kandang ternak.
Berbeda dengan Markus Lina yang mampu memanfaatkan sisi potensial bambu menjadi berbagai macam produk dengan nilai jual yang tinggi, dengan sentuhan kreativitas kerajinan tangan. Menurut Markus, usaha produk dari bambu cukup menjanjikan karena di daerah setempat belum ada usaha serupa yang dijalankan warga lainnya.
Di sisi lain, pasokan bambu sangat banyak sekali. Bahkan Markus memiliki perkebunan keluarga di Desa Manubara, Kecamatan inere. Bahkan Ketika permintaan produk meningkat, bahan baku juga dapat dipasok dengan mudah.
Daya tarik produk kerajinan bambu, tentunya tergantung dengan seberapa besar tingkat kreativitas pengrajin. Menyadari hal itu, Markus Lina memperlajari cara mengolah bambu secara otodidak. Dirinya memutuskan untuk meningkatkan kreativitas dengan pergi ke Garut, Jawa Barat.
Selama sebulan penuh d Garut, ia dengan tiga orang lain yang bersama-sama membangun usaha hingga saat ini, belajar memproduksi bermacam-macam produk dari bambu.
Tempat dan Alat Tulis Dari Koeslin Bambu Flores
Usaha bambu yang ia geluti tersebut ia namakan Koeslin Bamboo Flores, yang kini tumbuh dengan mempekerjakan sebanyak 7 orang anak muda desa yang tak berpendidikan formal maupun yang putus sekolah.
Setelah itu permintaan produk pun berdatangan salah satunya dari pihak Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT yang tak taanggung memesan sebanyak 100 buah gelas dan selulsin tumbler bambu.
Gelas Dari Bambu
Berkat dari usahanya itu, Markus Lina mengaku puas karena mampu mengangkat salah satu potensi lokal Ngada, sebagai salah satu produk unggulan untuk bersaing di pasar mancanegara.
Mendapat Dukungan Dari BUMN
Produk Koeslin Bamboo Flores berhasil mencapai Sherpa G20 berkat dukungan dari PT PLN (persero) sebagai salah satu BUMN yang bekerja sama mengelola Rumah Kreatif BUMN di Kabupaten Ngada sejak tahun 2020.
Markus Lina bersama para pelaku UMKM lain yang berhasil lolos, boleh berbangga hati karena mendapatkan kesempatan gemilang untuk memperkenalkan produk asli daerahnya kepada para delegasi 19 negara anggota G20 yang hadir secara lansgung.
Beragam produk lokal yang disuguhkan di sana, mampu membuktikan keragaman kekayaan Nusantara yang sudah pasti patut diperkenalkan demi menambah daya tarik produk asli Indonesia di mata dunia.