Soko Inspirasi

Lilis Ciyarsih bawa Petani Perempuan ke dalam Industri Kopi

Perempuan petani kopi di KWT Mekar Arum bergerak hasilkan kopi terbaik. Semua itu terjadi berkat gagasan Lilis Ciyarsih.

By Nuari Hadian  | Rauf Muhammad  | Sokoguru.Id
02 Juni 2022

sokoguru.id—Dalam genggaman Lilis Ciyarsih, kopi bisa sama berharga dengan emas. Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Arum itu membawa angin segar bagi perempuan Dusun Cijolang, Desa Margaluyu, Kec. Tanjungsari, Kab. Sumedang.

Lilis mulai belajar memproduksi kopi sejak 2012. Awalnya ia hanya seorang pencinta kopi biasa. Ia membeli kopi sangrai untuk dikonsumsi sehari-hari. Tetapi lama kelamaan ia mulai berpikir untuk memproduksi kopi sendiri.

Gagasan itu tidak muncul begitu saja, Lilis melihat potensi itu dari kebun milik saudaranya. Saat panen, kopi-kopi itu dijual saat masih berbentuk ceri. Kemudian Lilis mulai mempelajari proses pascapanen kopi, dan menghasilkan greenbean (kopi mentah) dari kebun milik saudaranya itu.

Dengan menjual greenbean apalagi roastbean (kopi sangrai) nilai jual kopi meningkat. Jika ceri kopi dijual Rp. 7.000,-/kg, greenbean bisa dijual Rp. 85.000,-/kg. Sementara itu roastbean bisa dijual Rp. 25.000,- hingga Rp. 35.000,- per 100 gr.

Lilis jeli melihat peluang bisnis serta kondisi sosial ekonomi masyarakat tempat tinggalnya. Anggota KWT Mekar Arum ada yang memiliki kebun kopi di kawasan Gunung Manglayang Timur.

Barulah sejak 2015, Lilis memfokuskan profesinya dalam pengolahan kopi. Ia membawa serta KWT Mekar Arum dalam kegiatan pengolahan kopi. Selain sebagai pemasok ceri kopi, pelibatan KWT Mekar Arum itu memberikan angin segar bagi 40 anggotanya.

Proses pengolahan kopi memakan waktu 12-30 hari. Dalam rentang waktu tersebut Lilis melibatkan banyak ibu-ibu untuk bekerja. Ibu-ibu mengerjakan pengupasan kopi hingga penyortiran kopi. Per harinya, ibu-ibu mendapat honor sebesar Rp. 50.000,-.

“Ibu-ibu dilibatkan dalam proses pascapanen kopi. Proses pascapanen kopi membuat serapan tenaga kerja perempuan lebih banyak,” terang Lilis. Dengan bekerja di rumah pengolahan kopi, ibu-ibu bisa menambah penghasilan keluarga.

Dari sentuhan tangan Lilis dan ibu-ibu KWT Mekar Arum, kopi dari kaki Gunung Manglayang Timur disulap menjadi kopi kelas wahid. Lilis memiliki keteguhan untuk memproduksi kopi grade 1.

“Kalau di sini kopinya pilihan. Sortasi yang dilakukan ibu-ibu sudah bagus, grade 1,” ungkap Lilis, “beberapa kopi yang kami produksi sudah dinilai oleh asosiasi kopi, nilainya sudah di atas 80,” lanjutnya.

Peran perempuan dalam alur produksi kopi KWT Mekar Arum menciptakan riak di desa Margaluyu. Lilis dan KWT Mekar Arum menjadi role model bagi KWT Mekar Saluyu yang baru dibentuk pada 2019.

Tapi peran pemimpin di KWT mesti terus mengaping perkembangan anggota dan kegiatannya. Pola kepemimpinan di tubuh KWT mesti dipegang agar ibu-ibu menjadi guyub dalam setiap program yang dibuat.

“Kalau di sini harus ada yang dampingi ibu-ibu terus. Kalau tidak ada yang dampingi tidak akan ada anggotanya. Anak-anak muda juga lebih tertarik untuk kerja di pabrik atau ojek daripada mengelola potensi desa,” pungkas Lilis.