Soko Inspirasi

Hj. Wawang Berdayakan Masyarakat melalui Emping Singkong

Bisnis yang baik adalah bisnis yang memberikan manfaat. Hj. Wawang mewujudkan bisnis yang memberikan banyak manfaat kepada masyarakat.

By Sokoguru  | Rauf Muhammad  | Sokoguru.Id
01 September 2022

Niat menentukan segalanya. Ungkapan itu tampak menguji ketulusan setiap orang dalam melakukan apa pun, termasuk memulai usaha. Niat setiap orang dalam membangun sebuah usaha berbeda-beda. Ternyata, niat itulah yang membuat usaha Emping Singkong Ri&Ci rintisan Hj. Wawang tumbuh pesat.

Hj. Wawang memulai usahanya 20 tahun yang lalu. Ia membuat emping singkong untuk dipasarkan di daerah sekitar rumahnya, di Kec. Paseh, Kab. Sumedang. Bumbu tabur yang ia buat digemari oleh banyak orang. Bumbu manis pedas itulah yang menjemput pembeli emping singkong.

Sebelum memproduksi emping singkong secara besar, Hj. Wawang melatih dirinya untuk membuat berbagai camilan. Keterampilan mengolah makanan itu didapatkan Hj. Wawang dari pelatihan selama sebulan penuh. Tahun 1999, Hj. Wawang adalah salah satu kader KB di desa Paseh. Setelah itu, ia praktikkan seluruh hasil pelatihannya.

“Awalnya saya bukan bikin emping singkong. Dulu saya bikin kunyit instan dan wedang jahe. Eh ternyata banyak yang suka, dan pada minta diajarin bikin kunyit instan. Saya seneng ngajarin orang, tapi akhirnya jadi semua orang jual kunyit instan,” ungkap  Hj. Wawang.

Dalam satu kesempatan, Hj. Wawang melihat potensi singkong yang melimpah di sekitar rumahnya, di Kec. Paseh, Kab. Sumedang. Saat itu, sekitar tahun 2000-an, harga sekilo singkong hanya Rp. 200,- dan belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Malahan singkong banyak digunakan untuk menjadi pakan ternak.

Selain bahan baku singkong yang melimpah, Wawang juga melihat potensi ekonomi dari singkong. Sampai tahun 2000-an belum banyak orang yang mengolah singkong menjadi camilan.

“Dulu singkong itu melimpah, tapi tidak ada yang mengolah. Akhirnya saya sama almarhum suami mencoba membuat cemilan berbahan singkong,” terang Wawang, “kan dulu saya belajar di BLK, jadi tahu berbagai cara pengolahan makanan,” lanjutnya.

Selain menguasai teknik pembuatan emping singkong, Hj. Wawang pun memiliki racikan bumbu manis pedas yang khas. Bumbu rahasia itulah yang menjadi daya tarik produk buatannya. Di warung-warung, emping singkong buatan Hj. Wawang selalu habis tak bersisa.

Lama-kelamaan, konsumen emping singkong pun semakin bertambah banyak, sehingga volume produksi pun terus ditambah. Saat ini, Hj. Wawang membutuhkan bahan baku 1,5 ton singkong per minggu.

“Yang saya jual bukan cuma emping singkong siap makan, saya juga jual emping singkong setengah jadi yang siap goreng,” jelas Hj. Wawang, “permintaannya banyak dari Sumedang, tapi sekarang sudah mulai masuk juga ke kota-kota lain, Bandung, Cirebon, Majalengka juga sudah masuk,” terusnya.

Dari emping singkong itulah Hj. Wawang bisa mengajak warga sekitar untuk ikut bekerja, menambah penghasilan keluarga. Alur produksi emping singkong yang cukup panjang mesti dikerjakan oleh banyak orang. Mulai dari pengupasan, perebusan, pembentukan adonan, penjemuran, penggorengan, pembumbuan, hingga pengemasan.

“Ada 22 rumah tangga yang ikut jadi mitra kerja. Saya ajarin semua cara pembuatan emping singkong sampai setengah jadi. Alhamdulillah usaha saya bisa membantu orang-orang sekitar,” kata Hj. Wawang.

Setiap harinya, warga sekitar rumah Hj. Wawang sudah fokus membuat emping singkong. Hj. Wawang sendiri memiliki keinginan untuk menjadikan kawasan sekitar rumahnya menjadi sentra emping singkong.

“Kalau bisa, kita perkenalkan diri sebagai sentra emping singkong di Paseh. Itu bisa membuka lapangan pekerjaan lebih banyak, sekaligus menjadi nilai lebih bagi daerah,” harap Hj. Wawang.

Bagi Hj. Wawang, bisnis yang baik adalah bisnis yang bisa memberi manfaat. Niat itu ditanamnya dalam-dalam. Kemudian ia membuktikannya dengan membangun Ri&Ci menjadi produk camilan yang disukai masyarakat. Tak hanya itu, Ri&Ci mampu membuka lapangan pekerjaan baru yang terus berkelanjutan.