BANDUNG, kota yang dikenal sebagai surga kuliner dan destinasi wisata, kerap menghadapi tantangan klasik di setiap musim penghujan: banjir.
Namun, di balik tantangan itu, ada sebuah gerakan yang terus dipelihara oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bersama warganya, yaitu ‘Mapag Hujan’.
Setiap tahun, gerakan yang dikenal sebagai “Maraton Bebersih Walungan dan Susukan” ini hadir untuk menyatukan elemen masyarakat dalam misi mulia membersihkan sungai dan drainase menjelang musim hujan.
Baca juga: DPR RI Beri Dukungan Penuh untuk Penanggulangan Banjir Bandang di Jawa Tengah
Pada Jumat (20/9), Mapag Hujan kembali digelar. Meski Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, tidak dapat hadir secara langsung, acara ini tetap berjalan dengan penuh semangat.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Eric M. Attauriq, mewakili Pemkot Bandung dalam upaya kolektif ini.
"Kota Bandung setiap musim hujan masih dilanda banjir. Masalahnya kompleks, tapi yang paling penting adalah kita terus melakukan perbaikan demi perbaikan," ungkap Eric saat memberikan sambutan.
Dampak Positif yang Mulai Terlihat
Upaya Pemkot Bandung dalam mengatasi banjir mulai membuahkan hasil.
Volume genangan air yang dulunya mengancam berbagai wilayah di Bandung telah mengalami penurunan drastis.
Dari lebih dari 99 ribu meter kubik pada tahun 2015, kini volume genangan air di musim hujan 2023 menyusut menjadi hanya 36 ribu meter kubik.
Baca juga: Sejumlah Rumah Rusak Akibat Banjir Mulai Direhabilitasi di Wilayah Jawa Tengah
Selain itu, titik banjir yang sebelumnya mencapai 21 area pada tahun 2020, berkurang menjadi hanya tujuh titik di tahun 2023.
Namun, Eric menegaskan bahwa perjuangan belum selesai.
"Dengan morfologi dan tren pembangunan Kota Bandung, idealnya kita memerlukan 30 kolam retensi sebagai pengendali banjir," jelasnya.
Saat ini, baru 13 kolam retensi yang berhasil dibangun. Oleh sebab itu, kegiatan Mapag Hujan hadir sebagai pengingat bahwa upaya pengendalian banjir adalah tanggung jawab bersama.
Gerakan Bersama untuk Lingkungan
Mapag Hujan bukan sekadar program pemerintah, tetapi sebuah tradisi yang melibatkan semua elemen masyarakat, mulai dari tingkat kota hingga ke RT dan RW.
Dengan semangat gotong royong, warga Bandung diajak berpartisipasi dalam membersihkan sedimentasi sungai, selokan, gorong-gorong, hingga sungai kecil.
Kegiatan ini mencerminkan kolaborasi lintas komunitas untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan aman dari bencana banjir.
Baca juga: Bencana Banjir di Jateng, DPR RI: Negara Jangan Absen di Tengah Penderitaan Rakyat
"Mapag Hujan adalah gerakan bersama yang dilakukan secara masif, dan untuk kebaikan bersama. Partisipasi warga sangat penting," terang Eric.
Gerakan ini tidak hanya mengajak masyarakat membersihkan lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan secara berkelanjutan.
Di berbagai wilayah, kegiatan Mapag Hujan berlangsung serentak. Beberapa di antaranya adalah di UPT Bojonegara, UPT Cibeunying, UPT Tegalega, UPT Karees, UPT Ujungberung, UPT Gedeage, dan UPT Daerah Aliran Sungai (DAS).
Tak hanya pemerintah dan warga, komunitas pun turut andil dalam gerakan ini, seperti River Cleanup Indonesia yang hadir dengan misi mengubah perilaku masyarakat terhadap kebersihan sungai.
Tak Sekadar Bersih-Bersih
Didi Ruswandi, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Bandung, menegaskan pentingnya pendekatan pentahelix dalam setiap upaya pembangunan, termasuk dalam menangani masalah banjir.
"Pembangunan harus pentahelix. Akademisi, media, pemerintah, pengusaha, komunitas, dan masyarakat harus terlibat," ungkap Didi.
Sementara itu, Egar Anugrah, Project Lead River Cleanup Indonesia, menyampaikan bahwa gerakan ini lebih dari sekadar bersih-bersih fisik.
“Ini sebuah pergerakan kecil, karena niat tidak boleh berhenti. Ada keberlanjutan yang harus dijaga, bahwa kami tidak hanya bersih-bersih saja, tetapi mengubah perilaku," ujarnya.
Bersama Hadapi Musim Hujan
Mapag Hujan tak hanya menjadi simbol persiapan Bandung menghadapi musim hujan, tetapi juga cerminan kebersamaan dan kepedulian warga terhadap kotanya.
Setiap sedotan air yang bersih, setiap sampah yang diangkut dari sungai, adalah langkah kecil menuju Bandung yang lebih siap menghadapi tantangan musim hujan.
Dan yang terpenting, langkah-langkah ini diambil bersama, karena menjaga kota bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua. (SG-2)