Humaniora

Lestarikan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional Raih Penghargaan UNESCO

Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay  menyoroti pentingnya manuskrip sebagai jendela untuk memahami sejarah, budaya, dan pengalaman hidup masa lalu.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 September 2024
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) mendapatkan penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World (MoW) Prize edisi ke-10 tahun 2024. Penghargaan diserahkan di Cheongju, Korea Selatan. (Dok Perpusnas)

PERPUSTAKAAN Nasional (Perpusnas) dinilai bekontribusi luar biasa terhadap usaha pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara. 

 

Kontribusi itu dilakukan melalui pelaksanaan program ekstensif dalam penyelamatan dan peningkatan akses warisan dokumenter selama dua dekade terakhir.

 

Atas kontribusi luar biasa tersebut, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO pun mengganjar Perpusnas dengan penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World (MoW) Prize edisi ke-10 tahun 2024. 

 

Baca juga: Kabupaten Buleleng, Bali Diupayakan Masuk ‘UNESCO Creative Cities Network’

 

Demikian disampaikan pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz, dalam rilisnya. 

 

Dalam Jikji Prize edisi ke-10 itu, Perpusnas menjadi lembaga kesepuluh yang mendapatkan anugerah ini sekaligus yang pertama dari Indonesia.

 

Direktur Warisan Dokumenter UNESCO, Fackson Banda, menyampaikan, Perpusnas berhasil meraih Jikji Prize setelah mengalahkan banyak negara. 

 

Baca juga: UNESCO Berkomitmen Jaga Kelestarian Subak sebagai Warisan Budaya Dunia

 

“Perpusnas berhasil menjadi pemenang dari 49 nominator dari 49 negara,” terangnya.

 

Lebih lanjut, Banda menyerahkan anugerah Jikji tersebut kepada pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz yang didampingi Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Aditia Gunawan di Cheongju, Korea Selatan, Rabu (4/9) waktu setempat.

 

Dalam pidatonya, Aminudin Aziz  menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada UNESCO dan Wali Kota Cheongju. 

 

Baca juga: UNESCO Tetapkan Arsip Pabrik Indarung 1 sebagai Warisan Memori Asia Pasifik

 

“Penghargaan ini merupakan kehormatan besar bagi kami, karena pekerjaan yang telah kami lakukan selama beberapa tahun terakhir dalam mengumpulkan, melestarikan, mengonservasi, dan menghadirkan warisan di Indonesia, diakui sebagai tak ternilai dan layak diapresiasi oleh UNESCO serta Kota Cheongju melalui penghargaan ini," ujarnya.

 

Menurut Aminudin, penghargaan itu datang pada saat yang tepat, seiring dengan grand design baru yang telah disusun Perpusnas untuk beberapa tahun ke depan, yang menetapkan naskah Nusantara sebagai program prioritas.

 

“Pengumuman nominasi ini sangat tepat waktunya bagi kami di Perpusnas, karena bertepatan dengan grand design baru yang telah kami tetapkan untuk mempromosikan dan menjadikan naskah Nusantara sebagai program prioritas,” imbuhnya. 

 

Untuk itu, Perpusnas memerlukan kolaborasi internasional, karena naskah Nusantara tidak hanya ditemukan di Indonesia tetapi juga menjadi koleksi perpustakaan internasional atau kolektor naskah pribadi.

 

“Penghargaan ini menjadi titik awal untuk memperluas kerjasama internasional. Perpusnas telah memulai inisiatif untuk membangun jaringan global dengan perpustakaan di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Rusia, Arab Saudi, dan Mesir,” urainya.

 

Perpusnas, sambungnya, akan memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksimalkan manfaat naskah kuno bagi publik. Ditambahkan, pentingnya menjaga nilai-nilai dari naskah kuno untuk diwariskan kepada generasi mendatang yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa kini dan masa depan.

 

“Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk melestarikannya agar dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya," harapnya.

 

710 naskah Nusantara

Capaian Perpusnas yang digarisbawahi oleh dewan juri internasional adalah program-program penyebarluasan informasi naskah Nusantara bagi berbagai kalangan. 

 

Hingga 2023, Perpusnas telah menghasilkan sebanyak 710 buku yang berbasis naskah Nusantara, baik berupa alih aksara, alih bahasa, kajian dan saduran. Bahkan pada 2024, sebanyak 100 buku seri komik berbasis naskah akan diterbitkan.

 

Dewan juri internasional yang memberikan rekomendasi atas penghargaan ini juga mengakui dedikasi Perpusnas dalam pelestarian dan penyebaran informasi naskah Nusantara melalui berbagai program, termasuk festival naskah nasional, publikasi yang luas, serta inisiatif pendidikan untuk anak-anak dan pemuda.

 

Sementara itu, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, mengucapkan, selamat kepada Perpusnas atas raihan penghargaan itu. Dia menyoroti pentingnya manuskrip sebagai jendela untuk memahami sejarah, budaya, dan pengalaman hidup masa lalu.

 

“Upaya kolektif kita untuk meningkatkan pelestarian dan aksesibilitas terhadap warisan dokumenter harus terus berlanjut. Saya mengucapkan selamat kepada Perpusnas atas penghargaan yang layak diterima ini,” ucapnya.

 

Perpusnas melakukan usaha pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara sejak lahirnya Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang meliputi beragam kegiatan yakni advokasi, inventarisasi, akuisisi, preservasi, digitalisasi, peningkatan kapasitas SDM, hingga kajian dan diseminasi naskah Nusantara bagi berbagai kalangan.

 

Jikji Prize

Pemerintah Kota (Pemkot) Cheongju mensponsori Jikji Prize. Nama hadiah itu terinspirasi dari buku Jikji, sebuah kitab cetakan metal bergerak pertama yang diproduksi pada 1377 di Kota Cheongju. Kitab itu berisi tentang ajaran Buddha  yang telah didaftarkan sebagai Memory of the World pada 2001.

 

Jikji Prize adalah penghargaan yang diberikan oleh UNESCO kepada individu, institusi, atau lembaga swadaya masyarakat di negara anggota yang berkontribusi secara signifikan terhadap upaya pelestarian dan perluasan akses warisan dokumenter, termasuk naskah kuno.

 

Dimulai sejak 2004, Jikji Prize diselenggarakan setiap dua tahun. Tujuan utamanya adalah membangkitkan kesadaran tentang warisan dokumenter yang berharga bagi kemanusiaan. Hingga 2022, tercatat sembilan lembaga di dunia yang mendapat penghargaan ini.

Daftar pemenang UNESCO/Jikji Memory of the World Prize:

2005 – National Library of the Czech Republic

2007 – Phonogrammarchiv, Austrian Academy of Sciences

2009 – National Archives of Malaysia

2011 – National Archives of Australia

2013 – Apoyo al Desarrollo de Archivos y Bibliotecas (ADABI) (Mexico)

2016 – Iberarchivos Programme for the Development of Ibero-Ameran Archives

2018 – SAVAMA DCI (Mali)

2020 – Tuol Sleng Genocide Museum (Cambodia)

2022 – The American University in Cairo

2024 – National Library of Indonesia

(SG-1)