WILAYAH pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi saksi gerakan kolaboratif lintas agama dalam menyelamatkan lingkungan dan merespons dampak perubahan iklim.
Diinisiasi oleh komunitas dari Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Laudato Si-KWI, dan PGI, bersama Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, aksi bertajuk "Peduli Muara Gembong" berhasil membawa pesan kuat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Aksi Nyata di Tengah Banjir Rob
Muara Gembong, yang saat ini menghadapi ancaman banjir rob, menjadi lokasi strategis untuk menyuarakan urgensi perlindungan lingkungan.
Baca juga: DPR: Atasi Kemiskinan Ekstrem di Brebes Jangan Hanya Bansos Tapi Fokus Pemberdayaan
Dalam aksi ini, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk menjawab tantangan ekologis yang dihadapi masyarakat pesisir, di antaranya:
Penanaman Mangrove
Upaya ini bertujuan mencegah abrasi yang terus menggerus pesisir Pulau Jawa sekaligus membantu menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Aksi Bersih Pantai
Sampah yang mencemari pesisir dibersihkan dalam kegiatan ini untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut dan meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya kebersihan.
Baca juga: 221 Kartu ATM Bansos Baru Didistribusikan di Kepulauan Seribu
Bantuan Peralatan Ekosistem Pantai
Komunitas memberikan perahu karet sebagai alat pendukung masyarakat dalam menjaga ekosistem pesisir dan menghadapi banjir rob yang kerap melanda.
Bazar Tukar Sampah dengan Sembako
Sebuah inovasi yang mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah sembari memberikan manfaat langsung berupa sembako sebagai apresiasi atas partisipasi mereka.
Baca juga: Pemkot Bogor Kirim Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Sukabumi Selatan
Ketua Umum Panitia Natal Nasional 2024 sekaligus Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, menyebut aksi ini sebagai wujud solidaritas lintas agama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
“Aksi ini adalah bentuk nyata kepedulian komunitas lintas agama terhadap lingkungan. Di tengah tantangan perubahan iklim, langkah kecil seperti ini dapat menjadi inspirasi besar untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.
Keberangkatan rombongan menuju lokasi acara menjadi tantangan tersendiri.
Mereka harus menembus banjir rob untuk mencapai Muara Gembong, menghadirkan pesan simbolis bahwa perlindungan lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan kerja keras dan kesatuan.
Dampak Berkelanjutan untuk Masa Depan
Gerakan ini tidak hanya menjadi solusi lokal untuk masyarakat pesisir Muara Gembong tetapi juga bagian dari kontribusi global dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Penanaman mangrove, aksi bersih pantai, dan bantuan peralatan menjadi langkah awal menuju kelestarian pesisir Jawa sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.
“Kolaborasi ini membuktikan bahwa agama, pemerintah, dan masyarakat dapat bersatu untuk tujuan yang lebih besar,” kata Thomas.
“Harapan kami, gerakan ini mampu memberikan dampak jangka panjang bagi lingkungan sekaligus inspirasi bagi daerah lain untuk melakukan hal serupa,” tambah Thomas.
Dengan semangat persatuan lintas agama dan komitmen kuat terhadap lingkungan, gerakan "Peduli Muara Gembong" menjadi langkah penting dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dan memulai perjalanan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (SG-2)