TANTANGAN yang dihadapi Indonesia ke depan adalah disrupsi teknologi, rivalitas geopolitik, perubahan iklim, dan potensi krisis ekonomi global. Namun, dengan konsistensi, ketahanan politik, dan komitmen terhadap inovasi, Indonesia dapat mencapai segala tujuannya.
"Saya menaruh harapan besar kepada generasi muda kepada mahasiswa Buddhis Indonesia pada himpunan mahasiswa yang berorientasi kepada kebangsaan, yang selalu menjaga persatuan, yang selalu menjaga Pancasila, yang selalu menjaga NKRI, karena itu adalah kunci kekompakan ini akan membawa negara kita melompat menjadi negara maju," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada peresmian pembukaan Kongres Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) XII Tahun 2024, di Mercure Convention Center, Jakarta, Kamis (28/3), seperti dilansir setneg.go.id.
Presiden juga menegaskan tekad Indonesia untuk memanfaatkan puncak bonus demografi di tahun 2045. Menurutnya, Indonesia memiliki kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik karena 68% penduduknya berada dalam rentang usia produktif.
Bacaa juga: Untuk Capai Indonesia Emas 2045 Bappenas Dorong Penguatan Pasar Modal
"Sudah sering saya sampaikan negara kita ini memiliki peluang besar, berpotensi besar menjadi negara maju saat puncak bonus demografi di tahun 2045, saat itu kesempatan kita," imbuhnya.
Lebih lanjut, Kepala Negara membandingkan situasi di sejumlah negara yang gagal memanfaatkan momentum bonus demografi. Namun, Presiden menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi meraih kesuksesan menjadi negara maju melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Kita juga ingin seperti itu, ingin menjadi negara maju. Melihat yang gagal dan melihat yang berhasil, kenapa gagal dan kenapa berhasil. Dan kita harapkan Indonesia Emas betul-betul terjadi di 2045 yang akan datang," tutur Jokowi.
Baca juga: Wujudkan Indonesia Emas 2045 Generasi Muda Didorong Berinovasi Ciptakan Produk Kreatif
Mantan Walikota Solo itu juga menekankan pentingnya konsistensi dan stabilitas politik dalam memanfaatkan momentum tersebut dan menyentuh pada tantangan-tantangan seperti hilirisasi yang dihadapi Indonesia. Meski ditentang oleh lembaga internasional, sambung Presiden, upaya tersebut harus tetap berlanjut demi membangun industri nasional.
"Saya yakin kita mungkin akan kalah lagi. Tetapi industrinya sudah jadi. Kita undur-undur enggak apa-apa mundur, industri nikel sudah jadi, industri EV baterai sudah jadi, industri mobil listrik sudah jadi. Karena memang membangun sebuah industri, membangun sebuah manufacturing itu membutuhkan waktu," ujar Presiden.
Presiden Jokowi menjelaskan upaya Indonesia yang telah meningkatkan nilai tambah dan penerimaan negara melalui industri seperti nikel dan Freeport, yang kini mayoritas sahamnya dimiliki oleh Indonesia.
"Jangan ada bayangan di sini Freeport itu (milik) Amerika, sudah Indonesia. Sebentar lagi akan kita tambah menjadi 61 persen, dan pendapatan Freeport 70 persen masuk ke negara, 70 persen. Begitu nai lagi menjadi 61 persen nantinya, 80 persen akan masuk ke negara," paparnya.
Turut mendampingi Presiden dalam kesempatan tersebut antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Ketua Umum Presidium Pusat Hikmahbudhi, Wiryawan, dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. (SG-1)