JUMLAH usaha kecil dan menengah (UKM) sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja hingga 97% di Indonesia masih relatif sedikit yang telah tercatat di bursa saham.
Demikian disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas) Suharso Monoarfa, saat membuka Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam rangka Memperdalam Pasar Keuangan untuk Ketangguhan Ekonomi Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (13/3).
“Bursa saham berperan penting sebagai katalisator melalui penyediaan platform (anjungan) perdagangan instrumen keuangan, enabler penentuan harga melalui mekanisme pasar, fasilitasi alokasi modal yang lebih tepat, serta penyediaan sumber informasi keuangan dan operasional perusahaan publik kepada masyarakat luas,” ujarnya, seperti dilansir bappenas.go.id.
Baca juga: Bappenas Bersama Sejumlah Kementerian dan Lembaga Luncurkan Indeks Desa
Salah satu upaya transformasi ekonomi Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045, lanjutnya, adalah melalui industrialisasi. Strategi ini membutuhkan peran pasar modal untuk meningkatkan pembiayaan di sektor industri manufaktur.
“Kenapa kita menginginkan industrialis listing ke bursa, karena kita mengalami ancaman, yaitu kontribusi sektor industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) sudah di bawah 25%. Karena itu, kita berharap sekali para pelaku industri untuk melantai di bursa,” imbuh Suharso.
Baca juga: Kembangkan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Bappenas Gandeng PT Dirgantara Indonesia
Namun sayang, ujarnya lagi, jumlah UKM masih kecil yang telah tercatat di bursa saham, yaitu hanya 100 UKM pada 2022. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Singapura dan Thailand.
Tumbuh positif
Di acara yang sama, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Iman Rachman, menyampaikan, kondisi pasar modal sepanjang 2023 hingga awal 2024 masih mampu tumbuh positif.
“Indeks harga saham gabungan (IHSG) kita tumbuh lebih dari 1%, sudah ada peningkatan dibanding akhir tahun lalu. Bursa Efek Indonsia (BEI) berada di posisi ke sembilan dari posisi bursa di dunia dengan jumlah investor mencapai 12,5 juta,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kementerian PPN/Bappenas telah merancang arah kebijakan sektor keuangan dalam rancangan final Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dengan target rasio kapitalisasi pasar modal terhadap PDB mencapai 120% PDB di 2045.
Sementara itu, dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 5,3% hingga 5,6% di 2025. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp7.643,4 – Rp7.711,5 triliun di 2025.
“Penguatan pasar modal diharapkan mampu berkontribusi lebih besar dan membantu meningkatkan ketangguhan ekonomi domestik, sehingga sasaran pertumbuhan ekonomi dapat tercapai,” pungkas Menteri Suharso. (SG-1)