SEBUAH video yang menampilkan pengakuan beberapa guru di SMKN VI Ende, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hanya mendapatkan gaji Rp 250 ribu dalam sebulan telah viral di media sosial.
Kejadian ini menggambarkan ketimpangan kesejahteraan guru antara daerah besar dan terpencil yang masih terjadi di Indonesia.
Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Pareira, menyebut kondisi ini sebagai potret miris pendidikan di Indonesia.
Baca juga: Pemecatan 100 Guru Honorer di Jakarta Dikritik, Dede Yusuf: Tidak Humanis
“Ini adalah potret miris pendidikan Indonesia di daerah-daerah. Kondisi seperti ini sering sekali kita temui di daerah-daerah terpencil,” ungkap Andreas dalam keterangan pers, Senin (5/8).
Andreas menyoroti kesejahteraan guru honorer yang sangat minim. Banyak dari mereka yang gajinya baru dibayar setelah berbulan-bulan.
Gaji yang mereka terima juga tidak sebanding dengan perjuangan untuk mengajar, terutama di daerah terpencil yang medannya sulit dijangkau.
Perjuangan Para Guru Terpencil
“Banyak guru di daerah terpencil harus berjalan kaki berjam-jam untuk mengajar, melewati hutan dan lembah, jalur terjal, bahkan menyeberangi sungai dengan fasilitas seadanya,” tambah Andreas.
Para guru ini hanya bermodalkan semangat untuk mendidik siswa-siswi yang bertekad mengubah nasib melalui pendidikan.
DPR terus mendorong pemerintah untuk meningkatkan sumber daya guru dan fasilitas di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Termiskin).
Baca juga: Empat Guru SD Kota Bandung Raih Beasiswa Prestisius di The Ohio State University
Menurut Andreas, ketimpangan kualitas pendidikan antara kota dan desa disebabkan oleh fasilitas infrastruktur yang buruk, kualitas guru yang rendah, dan jaminan kesejahteraan yang minim.
Tanggung Jawab Pemerintah
Andreas menegaskan pentingnya peran negara dalam menangani kesejahteraan guru honorer, khususnya di wilayah 3TP dan luar Pulau Jawa.
“Kehadiran negara sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya untuk mengubah nasib guru dan peserta didik agar memperoleh kesejahteraan yang memadai,” jelasnya.
Ia juga menyoroti belum adanya langkah pasti dari pemerintah terhadap nasib guru honorer di Indonesia, meskipun banyak dari mereka yang tetap loyal mengajar dengan kondisi terbatas.
“Janji-janji pemerintah untuk mengangkat guru honorer menjadi PPPK belum terealisasi sepenuhnya dan masih dalam pembahasan yang berlanjut. Harusnya prioritaskan guru yang betul-betul mengabdi untuk diangkat sebagai ASN,” ujarnya.
Respons Terhadap Video Viral
Video yang diunggah oleh Karyn, pemilik akun TikTok @Karryn11, menarik perhatian netizen.
Dalam video itu, Karyn bersama beberapa teman mengaku tetap semangat mengajar meski hanya digaji Rp 250.000 per bulan.
Pj Bupati Ende, Agustinus G Ngasu, merespons video tersebut dengan menyatakan akan mengadukan aksi para guru SMKN 6 Ende ke Pemprov NTT dan mempertanyakan etika serta status kepegawaian mereka.
Agustinus menekankan bahwa Pemda seharusnya menjadikan aspirasi para guru sebagai bagian dari evaluasi.
Baca juga: Pengangkatan Ribuan Guru PPPK Masih Menggantung Tanpa Kepastian
“Seharusnya tidak perlu resistensi. Jadikan hal itu sebagai masukan dan bagaimana pemerintah melakukan perbaikan. Karena memang kondisi guru-guru di daerah cukup memprihatinkan, terutama para guru honorer,” tuturnya.
Masalah kesejahteraan guru honorer di daerah terpencil menggambarkan ketimpangan yang masih ada dalam sistem pendidikan Indonesia.
Langkah konkrit dari pemerintah sangat diperlukan untuk memastikan bahwa para guru mendapat apresiasi dan kesejahteraan yang layak agar mereka dapat mengajar dengan maksimal dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. (SG-2)