Humaniora

Buka IISF 2024, Presiden Sebut Pentingnya Negara Maju Berinvestasi di Negara Berkembang

Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau, memberikan akses energi hijau berkeadilan, mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 September 2024
Presiden Jokowi saat membuka acara Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024,  di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta,  Kamis (5/9). (Dok. Tangkapan layar tayangan YouTube Kemenko Marves)

KOMITMEN Indonesia dalam mencapai net zero emission (NZE) dan berkontribusi bagi dunia tidak perlu diragukan. Namun perlu melibatkan kolaborasi global dalam menangani perubahan iklim.

 

Pasalnya, potensi besar Indonesia itu tidak akan memberi dampak signifikan selama negara-negara  maju tidak berani berinvestasi, selama riset dan teknologi tidak dibuka secara luas, serta pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang. 

 

Hal itu disampaikan Joko Widodo dalam pidatonya sekaligus membuka gelaran Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves),  di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (5/8).

 

Baca juga: Negara Berkembang bukan Penyebab Krisis Iklim Global, namun Harus Bayar Tinggi

 

“Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau, untuk memberikan akses energi hijau yang berkeadilan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya yang disiarkan langsung melalui  tayangan YouTube Kemenko Marves.


Kepala Negara berpandangan untuk menyelesaikan permasalahan perubahan iklim, dibutuhkan pendekatan yang kolaboratif, butuh pendekatan yang berperi kemanusiaan, dan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang. Dan juga kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil. 


“Permasalahan perubahan iklim ini tidak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi, selama dunia hanya menghitung keuntungannya sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan egosentrisnya sendiri-sendiri,” imbuhnya.

 

Baca juga:  Shindy Soge Sukses Lestarikan Pangan Lokal di Tengah Perubahan Iklim
 

Untuk itu, Jokowi menekankan bahwa ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, akan tetapi bagaimana menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat.


Lebih lanjut, mantan Walikota Solo dan Gubernur Jakarta itu menjelaskan, Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah, mencapai lebih dari 3600 giga watt. 

 

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)  di Waduk Cirata dengan yang memiliki kapasitas 192 megawatt dan terbesar di Asia Tenggara serta terbesar ketiga di dunia. 

 

Potensi besar Indonesia, sambung Presiden,  juga terletak pada penyerapan karbon. Hutan mangrove Indonesia terbesar di dunia, seluas 3,3 juta hektare (ha)  dan mampu menyerap karbon 8 sampai 12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis. Hal itu yang banyak orang tidak tahu.

 

Indonesia memiliki kawasan industri hijau seluas 13.000 ha, ini juga salah satu yang terbesar di dunia. 

 

Ia berharap forum ISF ini dapat menjadi tempat bertemunya pengetahuan, tempat bertemunya pengalaman, tempat bertemunya sumber daya yang dapat menjadi modal bersama dalam berkolaborasi menghadapi tantangan iklim yang ada.

 

“Kolaborasi bukan pilihan, kemanusiaan bukan opsi, melainkan sebuah keharusan dan kewajiban. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Indonesia International Sustainability Forum 2024 secara resmi saya nyatakan dibuka,” pungkasnya. (Fajar Ramadan/SG-1)