SEKRETARIS Daerah Jawa Barat (Sekda Jabar), Herman Suryatman, terpukau oleh karya batik yang dihasilkan oleh para pembatik penyandang disabilitas di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pusyansos Griya Harapan Difabel, Dinas Sosial Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, Herman menyampaikan kekagumannya terhadap motif batik yang beragam, mulai dari tema alam, tumbuhan, hingga pola abstrak dengan kombinasi warna yang menawan.
"Saya bersama para pengrajin Batik Griya Difabel, dan karya mereka sangat variatif,” ucap Herman.
Baca juga: Batik Garutan: Warisan Budaya yang Tetap Eksis di Tengah Arus Globalisasi
“Ada motif tumbuhan dan tema alam yang sangat menarik, dengan perpaduan warna-warna indah. Ini adalah karya yang sungguh istimewa dari teman-teman difabel," ungkap Herman dalam perayaan Hari Sumpah Pemuda di Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (28/10).
Selain kekayaan motif dan warna, Herman mengapresiasi semangat tinggi para pengrajin muda yang berkreasi dan terus produktif meskipun menghadapi keterbatasan fisik.
Dengan karya batik yang penuh ekspresi, mereka tidak hanya menunjukkan kemandirian tetapi juga berkontribusi nyata dalam membangun ekonomi kreatif di Jawa Barat.
Momen peringatan Hari Sumpah Pemuda, menurutnya, menjadi inspirasi agar generasi muda terus produktif dan turut aktif dalam pembangunan, termasuk di bidang ekonomi.
Baca juga: Peringati Hari Sumpah Pemuda ke-96, Pemprov Jabar Apresiasi Pemuda Berprestasi
Harapan Herman bagi para pengrajin ini cukup besar. Ia menginginkan agar mereka bisa semakin berdikari dan mampu mengembangkan bisnis batik secara mandiri.
"Melalui pembinaan di Pusyansos Dinsos Jabar, teman-teman difabel dibina dan difasilitasi untuk menghasilkan karya yang mengagumkan," ujar Herman.
Tidak hanya fokus pada batik, UPTD Pusyansos (Pusat Pelayanan Sosial) Dinas Sosial Jabar juga membuka berbagai kelas keterampilan, mulai dari olahan pangan, menjahit, tata rias, pijat refleksi dan shiatsu, hingga kerajinan tangan.
Semua kegiatan di Griya Harapan Difabel mengusung konsep ramah lingkungan dan zero waste, menambah nilai istimewa pada setiap produk yang dihasilkan.
Baca juga: Hari Batik Nasional: Kebanggaan yang Terancam oleh Invasi Batik Impor
Dengan beragam pelatihan dan dukungan dari Dinas Sosial Jawa Barat, para pembatik difabel ini tidak hanya berdaya secara ekonomi tetapi juga membawa pesan kuat bahwa kreativitas dan produktivitas tidak mengenal batasan.
Karya batik mereka, yang kian diminati, menjadi bukti bahwa setiap langkah dalam berkarya dapat menciptakan perubahan positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. (SG-2)