Humaniora

Atasi Pengangguran Lulusan SMK, Pendidikan Vokasi Jabar Perlu Terhubung dengan Industri

Para akademisi menekankan pentingnya sinkronisasi pendidikan vokasi dengan industri lokal untuk mengatasi tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
25 Oktober 2024
Acara West Java Research Summit 2024 digelar Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat di Aston Hotel Bandung, Kamis (24/10). (SG/Fajar Ramadan)

KETIDAKSESUAIAN antara pendidikan vokasi dan kebutuhan dunia industri di Jawa Barat (Jabar) menjadi sorotan dalam sesi ekonomi West Java Research Summit 2024.

 

Acara West Java Research Summit 2024 digelar Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat di Aston Hotel Bandung, Kamis (24/10). 

 

Para akademisi menekankan pentingnya sinkronisasi pendidikan vokasi dengan industri lokal untuk mengatasi tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK.

 

Baca juga: Penguatan Pendidikan Vokasi Jadi Pilar Utama Indonesia Emas 2045

 

Hanya 30% Lulusan Pendidikan Vokasi Sesuai Bidangnya

 

Dekan Sekolah Vokasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Kurniawan Saefullah, mengungkapkan bahwa hanya 30% lulusan pendidikan vokasi yang bekerja sesuai dengan bidang mereka. 

 

Banyak lulusan SMK terpaksa bekerja di sektor informal atau di luar kompetensi mereka karena tidak ada keterhubungan antara keterampilan yang dimiliki dan kebutuhan industri.

 

“Banyak lulusan SMK yang akhirnya bekerja di luar kompetensi mereka atau bekerja di sektor informal karena kurangnya sinkronisasi antara keterampilan mereka dan kebutuhan industri,” ujar Kurniawan.

 

Ia juga menyoroti pentingnya keterampilan soft skills seperti kemampuan komunikasi, literasi digital, dan penguasaan bahasa asing. 

 

Bahasa Inggris, Mandarin, dan Arab menjadi kunci untuk membuka peluang kerja di sektor internasional yang terus berkembang.

 

Di berbagai daerah di Jawa Barat, ketidaksesuaian antara program vokasi dan kebutuhan industri lokal semakin jelas terlihat. 

 

Di Sumedang, misalnya, lulusan dari jurusan otomotif dan informatika kesulitan mencari pekerjaan karena industri daerah masih didominasi oleh sektor pertanian dan pariwisata. 

 

Baca juga: Pendidikan Vokasi Turut Optimalkan Pengembangan Lulusan Berkualitas

 

Banyak lulusan terpaksa mencari pekerjaan di kota lain seperti Karawang dan Bekasi, namun sering kali kesulitan beradaptasi dengan iklim kerja di kota besar.

 

“Banyak lulusan SMK yang tidak bertahan lama di pekerjaan pertama mereka dan memilih kembali ke kampung halaman,” ujar peneliti Bappelitbangda Sumedang, Nugrahana Fitria Ruhyana.

 

Perlu Reformasi Kurikulum 

 

Menurut Yuda Hadian Nur, peneliti dari BP2D Jawa Barat, diperlukan reformasi kurikulum yang lebih menekankan pada keterhubungan antara pendidikan dan kebutuhan industri lokal. 

 

“Setiap daerah perlu memetakan potensi industrinya agar lulusan sekolah vokasi siap memenuhi kebutuhan tersebut,” katanya.

 

Yuda juga menambahkan bahwa investasi di sektor-sektor baru seperti green job dan ekonomi sirkular bisa menjadi solusi dalam dekade mendatang. 

 

Daerah-daerah yang menarik investasi asing, seperti Subang dan Purwakarta, perlu memastikan lulusan lokal memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri baru, seperti manufaktur dan teknologi hijau.

 

Dalam forum tersebut, para akademisi sepakat bahwa kerja sama lintas sektor antara sekolah, pemerintah, dan industri sangat penting untuk menciptakan link and match yang lebih baik antara pendidikan vokasi dan dunia kerja. 

 

“Industri harus lebih terbuka dalam menyediakan kesempatan magang dan pelatihan bagi siswa vokasi,” tambah Kurniawan.

 

Baca juga: DPR Usulkan Kenaikan Anggaran Pendidikan Vokasi untuk Dukung SDM Berketerampilan

 

Pemerintah juga diharapkan dapat membuka akses investasi dan peluang kerja yang sesuai dengan keahlian lulusan SMK di setiap daerah, sehingga mereka tidak perlu mencari pekerjaan di luar wilayah. 

 

“Jika pendidikan vokasi dan industri terhubung dengan baik, tidak ada lagi alasan bagi lulusan SMK dan SMA di Jawa Barat untuk menganggur,” pungkas Kurniawan. (SG-2/Fajar Ramadan))