Humaniora

Angklung Lansia Toleransi, Simfoni Kebersamaan di Kelurahan Jatisari, Kota Bandung

Namanya “Angklung Lansia Toleransi”, grup unik yang terdiri dari para lansia dengan latar belakang suku, agama, dan budaya yang beragam.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
28 September 2024
Kelompok “Angklung Lansia Toleransi” dari Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, sedang tampil menunjukkan kebolehannya. ( Ist/Pemkot Bandung)

SAAT mendengar kata "angklung," banyak orang langsung membayangkan Saung Angklung Udjo sebagai ikon kesenian tradisional Sunda. 

 

Namun, di sudut Kota Bandung yang lebih tenang, tepatnya di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu, ada sebuah kelompok angklung yang menawarkan lebih dari sekadar harmoni musik. 

 

Namanya “Angklung Lansia Toleransi”, grup unik yang terdiri dari para lansia (orang lanjut usia) dengan latar belakang suku, agama, dan budaya yang beragam.

 

Baca juga: Bandung Pecahkan Rekor Bermain Angklung Nonstop Terlama di Indonesia

 

Kelompok ini tidak hanya mengedepankan harmoni dalam nada, tetapi juga harmoni dalam kebersamaan. 

 

Berdiri sejak 2016, “Angklung Lansia Toleransi” tumbuh dari inisiatif sederhana di satu RT dan kini telah berkembang ke berbagai RT dan RW di Kelurahan Jatisari. 

 

Grup ini benar-benar dibangun secara swadaya—para anggotanya membeli angklung sendiri, memanggil pelatih, dan menunjuk seorang pemimpin kelompok. 

 

"Anggota grup ini datang dari berbagai suku, agama, dan latar belakang budaya. Ada suku Batak, Sunda, Jawa, hingga Bali. Agamanya juga beragam, ada yang muslim, kristen, dan hindu," tutur Lurah Jatisari, Een Haryani.

 

Lebih dari Sekadar Musik

 

Apa yang membuat Angklung Lansia Toleransi istimewa adalah semangat toleransi yang terjalin erat di antara para anggotanya. 

 

Mereka tidak hanya bermain musik bersama, tetapi juga saling mendukung dan menghargai keyakinan satu sama lain. 

 

Baca juga: Harmoni Tak Terputus: "12 Jam Bandung Ngurulung Angklung"

 

Sebagai contoh, pada hari Jumat, anggota non-muslim dengan tulus menyiapkan makanan untuk anggota muslim setelah mereka menjalankan ibadah salat Jumat. 

 

Sebaliknya, ketika ada kegiatan majelis taklim, anggota muslim juga memberikan dukungan dalam bentuk makanan dan minuman.

 

"Kami tidak hanya bermusik, tetapi juga belajar untuk menghargai satu sama lain. Anggota saling membantu dan berinteraksi dengan sangat baik, terlepas dari latar belakang agama atau suku," tutur Een.

 

Toleransi dalam Harmoni

 

Nama ‘Angklung Lansia Toleransi’ bukanlah sekadar label, tetapi mencerminkan filosofi hidup dari anggotanya yang telah menjalani kehidupan panjang dengan kebijaksanaan. 

 

Mereka menunjukkan bahwa di tengah keberagaman, toleransi bisa menjadi jembatan untuk menciptakan harmoni, baik dalam musik maupun kehidupan sosial.

 

Kehadiran grup ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Kelurahan Jatisari, tetapi juga menjadi contoh indah tentang bagaimana seni tradisional seperti angklung bisa menjadi alat pemersatu masyarakat yang plural. 

 

Baca juga: Angklung KBRI Manila Meriahkan Festival Kuliner di Universitas Adamson Filipina

 

Dengan angklung di tangan, para lansia ini membuktikan bahwa persatuan dan toleransi bukan sekadar teori, melainkan bisa diwujudkan dalam tindakan sederhana sehari-hari.

 

Sebagai bagian dari kegiatan sosial di kelurahan, Angklung Lansia Toleransi sering tampil dalam berbagai acara, membawa pesan kuat bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai. Musik mereka tidak hanya menyatukan nada, tetapi juga menyatukan hati.

 

Inisiatif ini merupakan bukti bahwa musik tradisional tidak pernah kehilangan relevansinya. 

 

Justru, dalam tangan-tangan lansia yang bijaksana, angklung menjadi medium untuk menumbuhkan solidaritas dan toleransi di tengah masyarakat yang majemuk.

 

Bagi siapa pun yang mendengar cerita tentang Angklung Lansia Toleransi, tak ada yang bisa menolak inspirasi yang mereka bawa. 

 

Di usia senja, mereka menunjukkan bahwa keindahan hidup terletak pada kebersamaan dan saling menghargai. Seperti angklung yang dimainkan bersama, kehidupan yang harmonis tercipta dari kontribusi setiap individu, tak peduli latar belakang atau keyakinannya. (SG-2)