UNI Eropa berkomitmen kuat mendukung implementasi ekonomi sirkular di Indonesia. Untuk itu kerja sama internasional dalam mendorong transformasi ekonomi berkelanjutan sangat penting.
"Kami melihat ekonomi sirkular sebagai agenda transformatif yang membutuhkan kepemimpinan dari pemerintah dan aksi nyata dari sektor swasta," ujar Head of Cooperation Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Thibaut Povertin, pada diskusi panel bertajuk Leveraging Partnership for Effective Rollout of the Circular Economy in Indonesia, di gelaran Green Economy Expo 2024 di Jakarta Convention Center pada Rabu (3/7), yang disiarkan lewat kanal youtube Bappenas.
Ia menjelaskan Uni Eropa telah berkolaborasi dengan Bappenas dan sektor swasta Indonesia melalui berbagai inisiatif, termasuk Switch Asia, yang telah mendukung proyek-proyek penting di sektor batik, produk kayu, dan produksi beras rendah karbon.
Baca juga: Diskusi Green Economy Expo 2024 Soroti Berbagai Upaya Mendorong Ekonomi Sirkular
Povertin mengatakan kerja sama pihaknya dengan Bappenas telah membantu dalam pengembangan peta jalan nasional dan subnasional untuk ekonomi sirkular.
"Kolaborasi kami dengan Bappenas mencakup mobilisasi keahlian, pengembangan indikator, pengumpulan data dasar, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan untuk menyusun peta jalan yang efektif," jelasnya
Ia berpandangan bahwa fokus pada sektor-sektor kunci dengan dampak lingkungan yang besar dan potensi bisnis adalah strategi yang digunakan untuk mempromosikan model ekonomi yang lebih hijau.
Baca juga: Gelar Green Economy Expo, Bappenas Percepat Ekosistem Ekonomi Sirkular Indonesia
Dalam hal pemantauan dan evaluasi, Povertin menyoroti kerangka kerja yang telah dikembangkan Uni Eropa.
"Kami memiliki kerangka pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari rencana aksi ekonomi sirkular kami yang mencakup indikator untuk efisiensi sumber daya dan penggunaan material," imbuhnya.
Pengalaman Uni Eropa dalam memonitor kebijakan ekonomi sirkular dapat menjadi referensi bagi Indonesia.
Tak hanya itu, dalam hal investasi, Povertin menjelaskan, Uni Eropa telah mengalokasikan sekitar 50 juta euro untuk proyek-proyek yang mendukung transisi ekonomi sirkular di Indonesia.
"Kami menggunakan kombinasi hibah investasi dan bantuan teknis untuk melengkapi pinjaman dari lembaga keuangan, yang mencakup studi kelayakan dan bantuan teknis untuk mengidentifikasi potensi proyek," ungkapnya.
Pentingnya penggunaan jaminan keuangan ikut disorot untuk mengurangi risiko investasi bagi sektor swasta, sehingga dapat mendorong lebih banyak proyek yang mendukung ekonomi sirkular.
"Kami mendukung inisiatif seperti Partnership for Action on Green Economy (PAGE), yang melibatkan berbagai negara dengan ambisi tinggi dalam ekonomi sirkular. Pertukaran praktik terbaik dan pengetahuan antara mitra internasional sangat penting untuk meningkatkan ambisi dan efektivitas implementasi," jelasnya lagi.
"Regulasi seperti peraturan pengiriman limbah Uni Eropa memastikan bahwa kita tidak mengekspor tantangan limbah kita ke negara lain. Koherensi antara kebijakan perdagangan internasional dan kegiatan kerjasama sangat penting," tutupnya. (Fajar Ramadan/SG-1)