HASIL survei permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan Februari 2024 yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi meningkat.
Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 11,1%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan SBT 6,5% pada Januari 2024.
Demikian disampaikan Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono dalam siaran pers yang dilansir bi.go.id, Kamis (21/3).
Baca juga: Untuk Jaga Stabilitas dan Dorong Pertumbuhan BI Rate Tetap 6,00%
“Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kebutuhan pada lapangan usaha (LU) pertanian, informasi, dan komunikasi, serta real estate. Kebutuhan pembiayaan korporasi terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional dan membayar kewajiban yang jatuh tempo,” jelasnya.
Adapun sumber pembiayaan korporasi terutama berasal dari dana sendiri, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik dan pembiayaan dari perbankan dalam negeri.
Menurut Erwin, kebutuhan pembiayaan korporasi tiga bulan yang akan datang (Mei 2024) diprakirakan meningkat dengan SBT 36,2%, lebih tinggi dibandingkan periode April 2024 (29,3%)
Baca juga: Didorong Permintaan Domestik yang Baik Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Kuat
Kelompok rumah tangga
Lebih lanjut, survei BI menunjukkan pada kelompok rumah tangga, kebutuhan pembiayaan baru pada Februari 2024 juga terindikasi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, dengan mayoritas pembiayaan berasal dari bank umum.
Hal itu terindikasi dari responden rumah tangga yang melakukan penambahan pembiayaan melalui utang/kredit pada Februari 2024 sebesar 12,5% dari total responden. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 12,1%.
Berdasarkan jenis penggunaan, lanjut pria dari Departemen Komunikasi BI itu, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada Februari 2024 adalah kredit multi guna (KMG) sebesar 37,7%.
Baca juga: Optimisme Konsumen Tetap Kuat, Persepsi Terhadap Kondisi Ekonomi Saat ini juga Kuat
“Angka ini menurun dibandingkan periode sebelumnya 39,3%. Jenis pembiayaan lain yang diajukan oleh responden adalah kredit kendaraan bermotor (KKB) 22,6%, kredit peralatan rumah tangga 12,0% yang sedikit menurun, dan kredit pemilikan rumah (KPR) 11,5% serta kartu kredit 5,5% yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil survei peningkatan kredit rumah tangga terutama didorong oleh naiknya pengajuan KPR,” imbuh Erwin.
Selain perbankan, sumber pembiayaan utama yang menjadi preferensi rumah tangga antara lain leasing dan koperasi. Sementara itu, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Februari 2024 juga terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 54,1%, lebih tinggi dibandingkan SBT Januari 2024 yang sebesar 24,5%.
Erwin mengatakan faktor utama yang memengaruhi penyaluran kredit baru tersebut antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.
Di sisi lain, untuk keseluruhan triwulan I 2024, penawaran penyaluran kredit baru dari perbankan diprakirakan tetap tumbuh.
Berdasarkan hasil survei tersebut, tambah Erwin, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan triwulan 1 2024 secara umum diprakirakan lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal itu terindikasi dari SBT perubahan kebijakan penyaluran kredit triwulan 1 2024 yang tercatat positif sebesar 2,2%.
“Berdasarkan jenis penggunaan, kebijakan penyaluran kredit yang lebih ketat diprakirakan terjadi pada kredit konsumsi KPR dan konsumsi lainnya. Sementara kredit investasi dan modal kerja (KMK) diprakirakan lebih longgar,” tutupnya. (SG-1)