BANK Indonesia kembali melakukan Survei Konsumen pada Juni 2024 yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Hal itu tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2024 sebesar 123,3 yang berada pada level optimis (>100).
“Tetap kuatnya keyakinan konsumen pada Juni 2024 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Kedua indeks tersebut tetap kuat didukung oleh optimisme pada seluruh komponen pembentuknya,“ ujar Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono dalam siaran pers yang dilansir situs resmi Bank Indonesia, Senin (8/7).
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Juni 2024 tercatat masing-masing sebesar 112,9 dan 133,8 .
Baca juga: Survei BI: Optimisme Konsumen Tetap Kuat, meski Pendapatan Sedikit Menurun
Pada Juni 2024 keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan IKK tercatat pada responden dengan pengeluaran >Rp5 juta.
Berdasarkan usia, lanjut Erwin, optimisme tertinggi terjadi pada kelompok usia 31-40 tahun. Secara spasial, IKK meningkat di beberapa kota yang disurvei, terbesar di Kota Bandung (6,9 poin), diikuti Banten (6,0 poin) dan Medan (4,7 poin).
“Sementara itu, sebagian besar kota lainnya mencatat penurunan IKK, terutama di Kota Makassar (20,5 poin), diikuti Pontianak (11,0 poin) dan Pangkal Pinang (10,3 poin),” imbuhnya.
Baca juga: Survei Bank Indonesia : Indeks Keyakinan Konsumen April 2024 Lebih Tinggi
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Lebih lanjut, pria dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia itu menjelaskan pada Juni 2024 persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat. Hal itu tecermin dari IKE Juni yang berada pada area optimis sebesar 112,9.
Tetap terjaganya IKE Juni tersebut terutama didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini yang meningkat menjadi sebesar 120,8. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) juga tetap terjaga pada area optimistis, masing-masing sebesar 106,8 dan 111,1.
Secara spasial, sebagian kota mencatat peningkatan IKE, terbesar di Kota Bandung (6,1 poin), diikuti Banjarmasin (5,4 poin) dan Medan (5,4 poin). Sementara itu, kota-kota lainnya mencatat penurunan IKE, terutama di Kota Makassar (23,8 poin), diikuti Padang (13,0 poin) dan DKI Jakarta (11,5 poin).
Baca juga: Inflasi Indeks Harga Konsumen April 2024 Tetap Terjaga dalam Kisaran Sasaran 2,5±1%
Pada Juni 2024 optimisme responden terhadap penghasilan saat ini terpantau meningkat pada seluruh kelompok pengeluaran terutama responden dengan pengeluaran >Rp5 juta . Berdasarkan usia, responden dengan usia 31-40 tahun mencatatkan optimisme yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.
Selanjutnya, keyakinan konsumen dalam melakukan pembelian durable goods terpantau meningkat pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp3,1 - 5 juta dan kelompok usia 20-40 tahun.
Sementara itu, persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini terindikasi tetap optimistis. Peningkatan indeks tercatat pada responden dengan tingkat pendidikan akademi .Berdasarkan kelompok usia, indeks tertinggi terjadi pada kelompok usia 31-40 tahun.
Di sisi lain, ekspektasi konsumen terhadap perkembangan kegiatan usaha ke depan terpantau berada dalam zona optimistis pada seluruh tingkat pengeluaran dengan peningkatan terjadi pada responden dengan pengeluaran >Rp5 juta . Dari sisi usia, indeks meningkat pada kelompok usia 20-30 tahun.
Kondisi Keuangan Konsumen
Pada Juni 2024 rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 73,0% menjadi sebesar 73,9%.
Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) mengalami penurunan dari 10,3% menjadi sebesar 9,6%. Proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) tercatat relatif stabil dibandingkan proporsi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 16,5%.
Rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau meningkat pada seluruh tingkat pengeluaran. Di sisi lain, porsi cicilan pinjaman terhadap pendapatan terindikasi menurun terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp4,1 - 5 juta. (SG-1)