PERCEPATAN pembangunan pabrik yang hanya memakan waktu 10 bulan sejak penandatanganan perjanjian investasi di Beijing pada Oktober 2023 menjadi contoh nyata dari kerja sama yang baik antara berbagai pihak di China dan Indonesia.
Pabrik ini merupakan bagian dari upaya besar pemerintah untuk membangun ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dan kuat di Indonesia, serta menjadi upaya hilirisasi bahan mentah di Indonesia.
Demikian disampaikan Joko Widodo dengan bangga dalam acara peresmian pabrik baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal, Jawa Timur pada Rabu (7/8).
Baca juga: Indonesia sedang Susun Peta Jalan Dekarbonisasi Industri Nikel
“Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, dan kita sekarang sudah menjadi negara yang cepat,” tambahnya yang disiarkan langsung lewat channel Youtube.
PT Indonesia BTR New Energy Material dikatakan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 80 ribu ton bahan baku anoda, yang cukup untuk mendukung produksi 1,5 juta mobil listrik per tahun.
“Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi salah satu produsen bahan baku anoda terbesar di dunia,” tambah Presiden.
Baca juga: Imbas Kebakaran Smelter Nikel PT KFI, DPR Akan Lakukan Audit Investigasi
Kepala Negara berpandangan bahwa bahan baku anoda ini akan mendukung target Indonesia untuk mengembangkan industri kendaraan listrik yang terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir.
Proyek tersebut juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja bagi 7.800 tenaga kerja lokal, dengan kontribusi ekspor tahunan yang melebihi USD1 miliar.
Chairman BTR New Material Group, He Xueqin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia atas dukungannya dalam merealisasikan proyek itu.
“BTR berkomitmen untuk terus berinvestasi jangka panjang di Indonesia dan meningkatkan kemampuan profesional tenaga kerja lokal,” katanya.
He Xueqin juga menjelaskan bahwa BTR New Energy Group, yang berbasis di Shenzhen, China, telah menjadi pemain utama dalam industri bahan baku baterai lithium selama 14 tahun berturut-turut.
Investasi di Indonesia dimulai pada Oktober 2023 dengan perjanjian di Beijing, sebesar USD478 juta untuk fase pertama, dan USD299 juta untuk fase kedua yang diharapkan selesai pada Maret 2025.
He Xueqin mengaku selama masa konstruksi tahap pertama proyek, BTR Indonesia telah menyediakan lapangan kerja bagi 4.000 pekerja Indonesia dan menciptakan pendapatan pajak sebesar USD14 juta.
Setelah resmi berproduksi, sambungnya, pabrik itu akan menyerap 1.200 tenaga kerja lokal. Pada paruh kedua tahun ini, pembangunan pabrik tahap kedua akan dimulai dengan tambahan investasi sebesar USD299 juta, yang diharapkan selesai dan mulai produksi pada Maret 2025. Selama pembangunan tahap kedua, akan tercipta lagi 2.000 lapangan kerja, dan setelah produksi akan menyerap 600 tenaga kerja lokal.
Tingkatkan nilai nikel dan mangan
Mantan Walikota Solo itu berharap upaya untuk hilirisasi bahan baku seperti nikel dan mangan yang melimpah di Indonesia terus dilakukan untuk meningkatkan nilai dari kedua komoditas itu.
“Sekarang sudah USD34 miliar (sekitar Rp546 triliun) nilai dari ekspor nikel kita. Sebelumnya, dari Rp33 triliun melompat menjadi Rp510 triliun. Lompatan yang sangat besar sekali meskipun banyak yang tidak setuju, dari dalam negeri dan luar negeri,” tambahnya lagi.
Ia dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara berdaulat yang tidak dapat didikte oleh pihak lain, bahkan setelah kalah dalam gugatan di Uni Eropa terkait larangan ekspor nikel.
“Saya sampaikan pada menteri, maju terus digugat, kalah, banding, nanti kalau kalah lagi, kita sudah punya industri ekosistem besar dari EV maupun EV baterai sudah kita miliki,” ujarnya.
Di penghujung acara, Jokowi bersama He Xueqin, Bupati Kendal, Gubernur Jawa Tengah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, secara simbolis meresmikan pabrik dengan menekan tombol bersama di atas panggung sebagai tanda perusahaan tersebut telah resmi beroperasi. (Fajar Ramadan/SG-1)