TASIKMALAYA Jawa Barat dikenal dengan kota santri yang memiliki peluang besar untuk menjadi pusat perindustrian, ekonomi kreatif dan juga lokomotif bagi pergerakan ekonomi regional.
Sebab itu Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda Affandy di Tasikmalaya mendapatkan Fasilitasi Bimbingan Teknis Produksi dan Fasilitasi Mesin/Peralatan Wira Usaha Baru Industri Kecil Menengah (WUB IKM) Furnitur Kementerian Perindustrian.
Kegiatan dalam rangka pelaksanaan program Santripreneur tahun 2024 itu dilaksanakan pada13 – 17 Juli 2024.
Baca juga: Perwakilan Pengurus 20 Pesantren se Tapal Kuda dan Jember Ikuti Pelatihan Usaha Roti
“Kami harapkan Ponpes Miftahul Huda Affandy dapat menjadikan kegiatan dan fasilitasi yang diberikan ini sebagai pemantik tumbuhnya lini bisnis baru di pondok pesantren, “ ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita di Jakarta, Senin (15/7), seperti dikutip situs resmi Kemenperin.
Ia juga mengimbau pengurus pondok pesantren untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan pasar lokal di sekitar pondok maupun di Tasikmalaya terlebih dahulu, sebagai langkah awal dalam membangun lini industri yang berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kemenperin Yedi Sabaryadi menuturkan sebanyak 20 peserta yang merupakan santri Ponpes Miftahul Huda Affandy mengikuti kegiatan tersebut sehingga diharapkan mendorong tumbuhnya pelaku industri furnitur di lingkungan pondok pesantren.
Baca juga: Bangun Jejaring Bisnis Antar Pondok Pesantren: Langkah Strategis untuk Ekonomi Umat
“Selain itu, kami berharap embrio unit bisnis yang sudah terbentuk di pondok pesantren dapat dimanfaatkan dan menjadi pencetak calon pengusaha lulusan pondok yang mampu memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” tuturnya.
Pada bimbingan teknis tersebut para santri akan mendapatkan materi kewirausahaan dan success story dari salah satu pelaku IKM sukses di Tasikmalaya, serta materi terkait proses produksi dan diversifikasi produk oleh tenaga ahli.
“Dengan program ini, harapannya para santri dapat menjadi santri milenial, yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industri, hingga pada akhirnya turut serta membuka lapangan pekerjaan dan menebar manfaat berlipat,” imbuhnya.
Tingkatkan kelas
Penumbuhan pelaku industri atau WUB dapat memberikan dampak positif yang berantai pada roda perekonomian masyarakat. Terlebih lagi penumbuhan tersebut untuk meningkatkan kelas dari sektor IKM menjadi industri skala menengah atau industri besar.
Baca juga: Menparekraf Berharap Santri Digitalpreneur 2024 Cetak Generasi Pesantren Modern
“Selain memaksimalkan potensi komoditas daerah, penumbuhan WUB juga dapat dilakukan dengan memperhatikan potensi ekosistem industri dan pasar yang telah terbentuk,” kata Reni lagi.
Guna mencapai sasaran tersebut, salah satu upaya yang dilakukan Kemenperin adalah mendorong pendekatan ekosistem pondok pesantren sebagai peluang untuk menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki melalui program Santripreneur.
“Dengan sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder lainnya, termasuk pengurus pondok pesantren, diharapkan dapat tercipta ekosistem yang mendukung guna pertumbuhan dan keberlanjutan IKM di Indonesia, serta pemberdayaan ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia,” paparnya.
Ditjen IKMA Kemenperin telah melaksanakan program Santripreneur yang membina puluhan ribu santri untuk menjadi wirausaha industri.
“Melalui program Santripreneur kami sudah membina ribuan santri, dalam kurun satu dekade Ditjen IKMA sudah membina sebanyak 11.164 orang santri dari 114 pondok pesantren di berbagai wilayah di Indonesia, dan dari jumlah tersebut, sebanyak tiga pesantren berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya,” sebutnya.
Menurutnya, pondok pesantren memiliki potensi strategis untuk dikembangkan sebagai tempat penumbuhan ribuan WUB. Sebab, para santri yang memiliki keterampilan dan pengetahuan berwirausaha dapat menunjang peran penting pondok pesantren sebagai “Agent of Development” dalam memacu pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Pengembangan wirausaha di pondok pesantren tidak hanya akan memberikan manfaat bagi individu yang terlibat, tetapi juga kontribusi positif bagi perekonomian lokal di sekitar pondok pesantren,” ucap Reni.
Berdasarkan data Kementerian Agama, sampai 2023, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 37.626 unit yang tersebar di seluruh provinsi dengan total jumlah santri sekitar 4.853.197 orang. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia dengan total 12.121 pesantren. (SG-1)