SEKRETARIS Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Seskemenkop UKM) Arif Rahman Hakim menekankan pentingnya peran koperasi pondok pesantren (Kopontren) dalam membangun jejaring bisnis antar pondok pesantren (Ponpes) di Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam acara Pelaksanaan Pembentukan Koperasi Bagi Kelompok Strategis di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Jejaring Bisnis untuk Kemajuan Ekonomi Umat
"Dalam pengembangan ekonomi umat, membangun jejaring antar ponpes sangat penting. Terlebih lagi, jumlah ponpes di Indonesia mencapai puluhan ribu dengan total santri sekitar 17 juta," ujar Arif.
Baca juga: KKP Bagikan Ikan ke Pesantren Demi Tingkatkan Asupan Protein Para Santri
Menurutnya, potensi besar ini harus dimanfaatkan untuk menciptakan kemandirian ekonomi tanpa bergantung pada daerah lain.
Arif berharap setiap daerah mampu mengolah dan mengembangkan potensinya masing-masing.
"Kita harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri," tegasnya.
Ia mendorong Kopontren dan Ponpes, khususnya di Brebes, untuk berbagi peran dalam pengembangan produk unggulan.
Potensi Lokal sebagai Penggerak Ekonomi
Contoh nyata diberikan oleh Arif mengenai potensi air bersih di Bumiayu yang dikelilingi pegunungan.
Baca juga: Menparekraf Berharap Santri Digitalpreneur 2024 Cetak Generasi Pesantren Modern
"Kopontren dan Ponpes bisa mengolah potensi air bersih tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teknologi air minum seperti itu tidak mahal," ungkapnya.
Selain itu, Arif mengajak Ponpes untuk memproduksi barang-barang sederhana namun dibutuhkan, seperti sandal jepit.
"Bayangkan berapa banyak kebutuhan sandal jepit bagi santri. Setiap ponpes memiliki keunggulan masing-masing, saling mengisi kebutuhan adalah kuncinya," kata Arif.
Meniru Kesepakatan Bisnis Jepang
Arif mengemukakan bahwa keberhasilan jejaring bisnis Ponpes bisa tercapai dengan kesepakatan bersama.
Baca juga: Pesantren Diharapkan Kembangkan Produk Unggulan Daerah
"Di Jepang, masyarakatnya sudah bersepakat untuk memakai produk dalam negeri. Kita bisa meniru kesepakatan masyarakat seperti itu," tambahnya.
Nasrun Siagian, Asisten Deputi Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabatan Fungsional Kemenkop UKM, menegaskan pentingnya kolaborasi untuk membangun jaringan bisnis Ponpes.
Salah satu langkah konkret adalah melalui kerja sama dengan Bank Indonesia (BI).
"Pelatihan koperasi ini menjadi laboratorium bagi santri untuk berwirausaha. Kami menyiapkan tenaga pendamping untuk tata kelola dan manajemen koperasi," jelas Nasrun.
Ia berharap Ponpes dapat melahirkan sentra-sentra ekonomi mandiri.
Komitmen Bank Indonesia
Marwadi, Kepala BI Perwakilan Tegal, menyatakan komitmen BI dalam pengembangan ekonomi syariah.
"Kami fokus mewujudkan ekosistem bisnis yang mapan dan mandiri," ujarnya.
Marwadi menekankan bahwa pondok pesantren memiliki potensi ekonomi besar di sektor syariah, dengan BI mendorong pembentukan Holding Ekonomi Bisnis Pesantren untuk mengembangkan produk unggulan.
Sebagai contoh sukses, Ponpes Al Ittifaq di Ciwidey Bandung menjadi model bagi seluruh Ponpes di Indonesia.
"BI sudah mendorong pondok pesantren mengolah potensi ekonomi dalam ekosistem bisnis syariah," tutup Marwadi.
Meski inisiatif ini menjanjikan, tantangan besar masih menghadang, seperti kesenjangan keterampilan manajerial dan teknologi di antara Ponpes.
Langkah konkret dan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan visi ini.
Dengan kolaborasi erat dan pemanfaatan potensi lokal, Kopontren dan Ponpes bisa menjadi motor penggerak ekonomi umat yang tangguh dan mandiri.
Langkah ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan santri tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi berbasis syariah di Indonesia. (SG-2)