Ekonomi

Presiden: Antisipasi Tantangan Krisis Iklim Gunakan Smart Agriculture

Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim Presiden Jokowi meminta  Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan TNI untuk memasang 20 ribu pompa air di daerah-daerah produksi utama beras.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
15 Juni 2024
Presiden Jokowi mengatakan perubahan  iklim terhadap inflasi jadi peringatan keras dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Pengendali Inflasi Nasional 2024 di Istana Negara, Jumat (14/6).  (Dok. Kemenko Perekonomian)
 

PERUBAHAN iklim terhadap inflasi jadi peringatan keras dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tim Pengendali Inflasi Nasional 2024 bertajuk Pengamanan Produksi dan Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok, yang dihelat secara daring dan langsung dari Istana Negara, Jumat (14/6). 

 

Mengutip peringatan dari Sekretaris Jenderal PBB tentang perubahan iklim yang semakin ekstrem, Jokowi menyatakan bahwa tantangan ke depan tidak mudah.

 

 "Satu tahun terakhir ini kita merasakan betul adanya gelombang panas, periode terpanas di India, bahkan sampai 50 derajat Celsius di Myanmar 45,8 derajat Celsius panas sekali," ujarnya.

 

Baca juga: Lima Kabupaten Raih Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Award 2024

 

Kepala Negra menekankan bahwa antisipasi terhadap dampak perubahan iklim terhadap sektor pangan sangat diperlukan. 

 

"Food of Agriculture Organization (FAO) mengatakan bahwa jika didiamkan seperti sekarang ini tidak ada pergerakan apa-apa, pada tahun 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat," imbuh Presiden. 

 

Kekurangan air yang dialami oleh 50 juta petani, lanjut Jokowi,  dapat mengakibatkan penurunan produksi pangan, yang pada akhirnya akan memicu kenaikan harga dan inflasi.

 

Baca juga: Inflasi Mei 2,84%, Indonesia Menjadi Salah Satu Terbaik di antara Negara-Negara G20

 

Untuk menghadapi situasi itu, ia telah memerintahkan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan TNI untuk memasang 20 ribu pompa air di daerah-daerah produksi utama beras.

 

"Pompa dari sungai dinaikkan ke atas untuk mengairi sawah, baik itu sungai besar maupun sungai kecil, semuanya manfaatkan air, jangan biarkan air terus masuk laut," tegasnya.

 

Pembangunan infrastruktur irigasi yang baik, sambung Presiden, termasuk saluran primer, sekunder, dan tersier untuk memastikan air sampai ke sawah, meningkatkan produksi pertanian, dan menjaga stabilitas inflasi.

 

Baca juga: BPS: Inflasi Tahunan Mei 2024 Capai 2,84%, Kelompok Makanan Jadi Penyumbang Utama

 

 "Kita harus memastikan bahwa air ini juga harus diteruskan sampai ke sawah sehingga meningkatkan produksi yang sebelumnya mungkin hanya satu kali panen menjadi tiga kali panen," tambahnya.

Mantan wali kota solo itu berpandangan bahwa saat ini sudah eranya untuk menggunakan teknologi smart agriculture untuk menghadapi tantangan iklim. Upaya penelitian untuk menciptakan teknologi baru dalam pertanian mesti dilakukan untuk kemudian hasilnya dapat diadopsi oleh tempat-tempat lain.

 

"Sekarang adalah eranya teknologi, eranya smart system. Kita harus bisa meng-upgrade sistem pertanian kita menjadi smart agriculture," katanya lagi.

 

Dengan upaya terpadu ini, Presiden berharap inflasi dapat tetap terkendali dan produksi pertanian terus meningkat meskipun menghadapi tantangan perubahan iklim. 

 

"Saya minta yang menjadi kewajiban pusat, kerjakan pusat; yang menjadi kewajiban provinsi, kerjakan provinsi; yang menjadi kewajiban kabupaten/kota, kerjakan oleh kabupaten/kota sehingga kita bekerja semuanya terintegrasi," tutup Jokowi. (Faj/SG-1)