Ekonomi

Petani Milenial Bandung Barat Raih Transaksi Besar dengan Buyer Korsel di WJX 2024

Madu Apiscerana Nektar Bunga Kalianda milik Dika diminati oleh seorang buyer asal Korea Selatan yang memesan 100 kg untuk bulan depan.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
11 Oktober 2024
Petani mileniah Dika (kanan) dari Bandung Barat dan pemilik Madu Apiscerana Nektar Bunga Kalianda berpose di depan boothnya pada West Java Expo (WJX) 2024 di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Bara, Jumat (11/10). (SG/Fajar Ramadan)

DIKA, seorang pemuda berusia 26 tahun asal Mekarwangi, Kabupaten Bandung Barat, tengah merasakan kebahagiaan yang tak terkira. 

 

Dalam gelaran West Java Expo (WJX) 2024 saat belum resmi dibuka pada Jumat pagi (11/10), Dika sudah berhasil mencatatkan transaksi besar. 

 

Madu Apiscerana Nektar Bunga Kalianda milik Dika diminati oleh seorang buyer asal Korea Selatan yang memesan 100 kg untuk bulan depan.

 

Baca juga: Pacu Eksportir Baru di Jawa Barat, Bank bjb Gelar 'bjb Export Preneur'

 

“Alhamdulillah, tadi ada buyer dari Korea Selatan minta dikirim madu Apiscerana Nektar Bunga Kalianda 100 kg buat bulan depan,” ungkap Dika dengan senyum lebar saat bertemu dengan Sokoguru.id, Jumat (11/10) di .

 

Acara yang dihelat Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat di Parahyangan Convention, Mason Pine Hotel, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, pada 11-13 Oktober 2024 ini tak hanya menjadi panggung bagi berbagai produk unggulan daerah.

 

WJX 2024 juga menjadi peluang emas bagi pemuda jebolan program Petani Millenial (Petmil) seperti Dika. 

 

Melalui program tersebut, Dika mendapatkan tenant secara cuma-cuma dari pemerintah, sekaligus kesempatan untuk memperluas jaringan bisnisnya.

 

Baca juga: Inflasi di Jawa Barat Mencapai 2,09 Persen pada September 2024

 

Program Petmil ini memang telah mengubah hidup Dika. Sebelum bergabung, ia hanyalah seorang petani madu yang bekerja di kebun milik keluarga tanpa banyak akses ke pasar yang lebih luas. 

 

 

Namun, sejak mengikuti pelatihan dan arahan dari program, Dika berhasil mengembangkan usaha hingga mendirikan CV D-Bee’s Lestari Apriari, yang kini sukses menjajaki pasar internasional.

 

"Dulu saya sudah jadi petani, tapi cuma diam di kebun. Setelah ikut Petmil, saya diarahkan untuk mengembangkan usaha, sampai akhirnya bisa ikut berbagai expo," cerita Dika, mengenang perjalanan bisnisnya.

 

Baca juga: Bespoke Project: Dari Gang Sempit di Bandung Menuju Panggung Fesyen Internasional

 

Perubahan besar dalam hidupnya tak hanya terlihat dari transaksi yang kini semakin besar. Dika juga mulai membuka diri untuk berbagi ilmu kepada pengunjung dan pembeli yang tertarik belajar menjadi petani madu. 

 

Di kebun miliknya yang terletak di Kampung Cieter, Mekarwangi, ia tak segan membagikan pengalaman dan pengetahuan tentang dunia perlebahan yang telah dijalani keluarganya sejak 1974.

 

Namun, Dika juga mengalami tantangan di dunia digital. Ia mengaku pernah mencoba menjual madu melalui marketplace, namun harus bersaing dengan harga yang tak masuk akal. 

 

"Saya pernah coba jual di marketplace, tapi banyak yang banting harga. Masa ada madu satu kilo harganya Rp 60.000," keluhnya.

 

Meski bukan generasi pertama dalam keluarganya yang menjalani bisnis madu, Dika kini membawa usaha tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. 

 

Program Petani Milenial telah membantunya menjadi eksportir muda yang sukses. Harapannya, ke depan, lebih banyak buyer tertarik dengan produknya, dan transaksi yang sudah berjalan akan terus berlanjut.

 

Baca juga: Kuliner Tradisional Indonesia yang Sukses Rambah Pasar Mancanegara

 

Dengan semangat pantang menyerah dan dukungan dari program pemerintah, Dika membuktikan bahwa menjadi petani tak hanya soal bertahan hidup di kebun, tetapi juga tentang meraih peluang di kancah internasional. 

 

WJX 2024 menjadi panggung yang tepat untuk menampilkan kisah sukses generasi muda dalam membangun pertanian modern berbasis teknologi dan jaringan global. (Fajar Ramadan/SG-2)