Ekonomi

Pantau Komoditas Pangan, DPR RI: Harga Naik dan Beberapa Produk Langka di Pasaran

Masyarakat dan pedagang juga mengeluhkan komoditas daging ayam dan kedelai lokal yang merupakan bahan baku tempe dan tahu yang kosong di pasaran.

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
07 Maret 2024
Masyarakat dan pedagang juga mengeluhkan komoditas daging ayam dan kedelai lokal yang merupakan bahan baku tempe dan tahu yang kosong di pasaran, Tangerang Selatan..

BEBERAPA hari jelang kedatangan bulan Ramadan 1445 H, harga komoditas pangan sudah melonjak terutama harga beras yang masih tinggi dalam tiga bulan terakhir.

 

Terlebih lagi, sejak Februari 2024, masyarakat di Tanah Air, mengeluhkan kelangkaan stok beras di pasaran. Kalaupun tersedia harga berasnya sudah naik hingga 16,24 %

 

Untuk memantau kondisi dan ketersediaan serta harga komoditas pangan jelang Ramadan 1445 H, Tim Kunjungan Kerja Komisi IV DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini meninjau Pasar Modern BSD City di Tangerang Selatan, Banten. 

 

Baca juga: Pj Bupati Garut Sebut Stok Pangan untuk Ramadan Hingga Idul Fitri Aman

 

Dalam kunjungan kerja, Tim Komisi IV DPR RI mengatakan harga komoditas yang menjadi kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

 

Masyarakat dan pedagang juga mengeluhkan komoditas daging ayam dan kedelai lokal yang merupakan bahan baku tempe dan tahu yang kosong di pasaran.


“Kita melakukan kunjungan kerja spesifik ke pasar untuk melihat ketersediaan bahan pangan, terutama menjelang Ramadan ini dimana biasanya harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan dan pasokannya juga tidak lancar. Kita lihat tadi, so far harga memang mengalami kenaikan,” ungkap Anggia di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (7/3).

 

Baca juga: DPRD Kota Bogor Minta Pemerintah Turunkan Harga Beras Jelang Ramadan

 

Daging Ayam dan Kedelai Hilang di Pasaran

 

“Yang menjadi catatan Komisi IV DPR RI yakni adanya keluhan dari masyarakat dan pedagang terutama soal ketersediaan komoditi daging ayam yang tidak ada,” terangnya. 

 

“Kalau harga bahan pangan seperti biasa jelang Ramadan ini memang naik,” jelas Anggia.

 

Selain itu, lanjut Anggia, hal lain yang juga menjadi perhatian Komisi IV adalah mengenai komoditi kedelai lokal. 

 

“Tadi kita ketemu dengan pengrajin tempe dan tahu, kedelai itu sama sekali tidak ada yang lokal. Padahal kalau di Indonesia, khususnya di Jawa, tempe dan tahu sudah menjadi kebutuhan sehari-hari,” ujar Anggia. 

 

“Sementara kedelai lokalnya tidak ada, sehingga mereka seratus persen menggunakan kedelai impor untuk bahan bakunya,” tuturnya.

 

Baca juga: DPR Minta Pemerintah Segera Atasi Kelangkaan dan Kenaikan Beras

 

Terkait minimnya ketersediaan komoditas kedelai lokal,  politikus Fraksi Partai PKB ini  menilai, seharusnya pemerintah bisa mengantisipasi persoalan itu, di antaranya dengan cara melakukan penanaman komoditas tersebut dalam jumlah yang  lebih banyak dan dengan kualitasnya yang baik.


“Tempe dan Tahu yang terbuat dari kedelai lokal memang lebih diminati masyarakat karena rasanya yang lebih enak dan gurih,” ujarnya. 

 

“Ini yang menjadi catatan kami dan nanti didalam rapat kita akan bahas dengan kementerian terkait menyangkut bagaimana ketersediaan atau usaha untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal ini,” papar Anggia sebagaimana dilansir situs resmi DPR RI. 

 

“Saya juga tidak setuju kalau harus impor terus, apalagi secara rasa lebih enak kedelai lokal,” tegasnya.

 

Menurut Anggia, harga kebutuhan pokok jelang Ramadan ini memang mengalami kenaikan lebih awal waktunya jauh sebelum memasuki bulan puasa, khususnya komoditas beras karena ada pengaruh El Nino. 

 

Untuk itu ia meminta kepastian dari stakeholder terkait  agar ketersediaannya tetap ada sampai dengan Lebaran atau Idul Fitri karena pasti kebutuhannya akan meningkat.


“Beberapa waktu yang akan datang, sekitar bulan Maret akan ada panen raya, tetapi apakah panen raya itu mampu menyediakan kebutuhan konsumsi atau tidak itu yang menjadi pertanyaan,” paparnya. 

 

“Saya agak ragu. Karena ketersediaan lahan yang kita punya juga sudah banyak berkurang. Belum lagi kemarin itu terjadi El Nino,” katanya.

 

“Pasti akan berkurang banyak hasil panennya. Hal ini harus bisa diantisipasi oleh negara. Solusi jangan impor terus, tetapi harus dicari akar masalahnya hingga bisa diperbaiki,” ujar Anggia. (SG-2)