Ekonomi

Pantau Gejolak Geopolitik di Timur Tengah, Pemerintah Siapkan Skenario Mitigasi

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa pemerintah terus memantau setiap perkembangan dan siap untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
17 April 2024
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberi penjelasan dalam konferensi pers usai Rapat Terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/4). (Ist/Kemenko Perekonomian)

PEMERINTAH Indonesia telah menyusun skenario mitigasi untuk menghadapi gejolak geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada perekonomian global.

 

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa pemerintah terus memantau setiap perkembangan dan siap untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

 

"Dalam kondisi seperti ini, deeskalasi dan penahanan diri sangatlah penting, terutama terhadap negara-negara yang terlibat," ujar Airlangga dalam konferensi pers usai Rapat Terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, sebagaimana dilansir situs Kemenko Perekonomian, pada Selasa (16/4).

 

Baca juga: Kemenko Perekonomian Gelar Rapat Koordinasi untuk Tanggapi Konflik Timur Tengah

 

Ia menyoroti lonjakan harga minyak sebagai dampak serangan Israel ke kedutaan Iran di Damaskus dan retaliasi yang dilakukan oleh Iran.

 

Airlangga juga menekankan pentingnya Selat Hormuz dan Laut Merah dalam perdagangan minyak global, yang memerlukan mitigasi terhadap peningkatan biaya pengiriman.

 

Menurut Airlangga, perekonomian Indonesia masih tumbuh solid di sekitar 5% dengan inflasi stabil dalam kisaran 2,5±1%.

 

Neraca perdagangan Indonesia juga masih surplus, dan cadangan devisa mencapai sekitar USD136 miliar.

 

Baca juga: Konflik Iran-Israel, DPR RI Minta Pemerintah Waspadai Kenaikan Harga Minyak

 

Di pasar keuangan, dolar menguat di tengah data ekonomi AS yang positif. Airlangga mengingatkan bahwa eskalasi geopolitik dapat meningkatkan ketidakpastian dan mendorong peralihan aset ke tempat aman seperti dolar AS dan emas.

 

Meskipun nilai tukar dan indeks harga saham global mengalami pelemahan, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia masih dalam situasi yang relatif stabil.

 

Pemerintah juga tengah mempertimbangkan kebijakan fiskal dan moneter serta menjaga stabilitas nilai tukar dan APBN.

 

Airlangga menyoroti dampak depresiasi nilai tukar terhadap sektor riil, terutama terkait impor, namun juga mengakui manfaat bagi eksportir.

 

Baca juga: Menko Airlangga: Respons Konflik di Timur Tengah dengan Langkah Antisipatif

 

Pemerintah berkomitmen untuk melakukan reformasi struktural, memperkuat daya saing, dan menarik investasi jangka panjang ke Indonesia.

 

Upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor.

 

Skenario mitigasi telah disiapkan untuk mengatasi dampak potensial dari gejolak geopolitik, dengan tetap memastikan bahwa defisit tetap dalam batas yang diizinkan oleh Undang-Undang. (SG-2)