Ekonomi

Mendag: Neraca Perdagangan Indonesia Juli 2024 Tetap Surplus Meski Turun

Meski mencatatkan surplus, angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada Juni 2024 yang mencapai USD 2,39 miliar dan juga lebih rendah dari surplus Juli 2023 sebesar USD 1,29 miliar.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
19 Agustus 2024
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. (Ist/Kemendag)

NERACA perdagangan Indonesia pada Juli 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 0,47 miliar.

 

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam keterangan pers, Minggu (18/8).

 

Lebih lanjut Mendag mengatakan surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 2,61 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,13 miliar. 

 

Baca juga: Pacu Perekonomian dan UMKM, Kemendag Dukung Indonesia Shopping Festival 2024

 

Meski mencatatkan surplus, angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada Juni 2024 yang mencapai USD 2,39 miliar dan juga lebih rendah dari surplus Juli 2023 sebesar USD 1,29 miliar.

 

"Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Juli 2024," ujar Zulkifli. 

 

"Walaupun nilai surplus periode ini lebih rendah dibandingkan bulan lalu maupun Juli tahun lalu, Indonesia telah mencatatkan surplus perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," jelas Mendag

 

Mitra Dagang Penyumbang Surplus dan Defisit

 

Tiga negara mitra dagang yang menjadi penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia selama Juli 2024 adalah India, Amerika Serikat, dan Filipina, dengan total surplus mencapai USD 3,03 miliar. 

 

Di sisi lain, defisit perdagangan nonmigas terbesar berasal dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Australia, dengan total defisit mencapai USD 3,42 miliar.

 

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari—Juli 2024 mencatatkan surplus sebesar USD 15,92 miliar, yang terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 28,16 miliar dan defisit migas sebesar USD 12,24 miliar. 

 

Baca juga: Ancam Produk UMKM, Kemendag Larang Aplikasi Temu dari China Beroperasi di Indonesia

 

"Surplus ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD 21,20 miliar," jelas Zulkifli.

 

Peningkatan Ekspor dan Impor

 

Pada Juli 2024, kinerja ekspor Indonesia mencapai USD 22,21 miliar, meningkat 6,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan 6,46 persen dibandingkan Juli 2023 (YoY). 

 

Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 5,98 persen dan migas yang naik 15,57 persen dibandingkan Juni 2024.

 

Sektor pertanian mencatat peningkatan ekspor tertinggi sebesar 26,24 persen, diikuti sektor pertambangan yang naik 19,35 persen, dan industri pengolahan sebesar 2,82 persen (MoM). 

 

Meski demikian, beberapa komoditas unggulan mengalami penurunan ekspor, seperti lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 28,58 persen, besi dan baja (HS 72) turun 3,28 persen, dan bahan bakar mineral (HS 27) turun 2,33 persen (MoM).

 

Di sisi lain, ekspor beberapa produk nonmigas justru meningkat signifikan pada Juli 2024. 

 

Misalnya, ekspor mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) naik 14,89 persen, kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 14,68 persen, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) melonjak 51,11 persen, nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik 16,45 persen, serta bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang mengalami kenaikan luar biasa hingga 3.973,43 persen (MoM).

 

Pasar Ekspor Utama dan Kinerja Perdagangan

 

China dan Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2024 dengan nilai mencapai USD 6,97 miliar, menyumbang 33,53 persen dari total ekspor nonmigas nasional. 

 

Jepang, yang menggeser posisi India, menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar ketiga dengan nilai sebesar USD 1,78 miliar dan pangsa 8,57 persen. 

 

Ekspor ke tiga negara ini mencapai USD 8,75 miliar, setara dengan 42,10 persen dari total ekspor nonmigas.

 

Baca juga: Patut Acungi Jempol, Langkah Awal Kemendag Berantas Praktik Impor Ilegal

 

Selain itu, kinerja ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara mitra dagang mencatatkan peningkatan signifikan, seperti Spanyol (102,18 persen), Arab Saudi (62,45 persen), Jepang (43,46 persen), Jerman (42,08 persen), dan Brasil (40,57 persen) (MoM). 

 

Naiknya ekspor ke negara-negara ini didukung oleh peningkatan permintaan dalam negeri mereka.

 

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari—Juli 2024 mencapai USD 147,30 miliar, turun 1,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

 

Penurunan ini disebabkan oleh turunnya ekspor nonmigas sebesar 1,75 persen, sementara ekspor migas naik 2,83 persen (YoY).

 

Peningkatan Impor pada Seluruh Golongan Barang

 

Total impor Indonesia pada Juli 2024 mencapai USD 21,74 miliar, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 (MoM) dan naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023 (YoY). 

 

Kenaikan ini didorong oleh peningkatan impor baik pada sektor nonmigas maupun migas, dengan peningkatan masing-masing sebesar 19,76 persen dan 8,78 persen (MoM).

 

Peningkatan impor terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang, dengan kenaikan terbesar pada barang modal sebesar 21,21 persen, diikuti bahan baku/penolong sebesar 17,21 persen, dan barang konsumsi sebesar 16,79 persen (MoM). 

 

Beberapa produk yang impornya meningkat signifikan antara lain ponsel pintar, ekskavator, mesin pengaduk elektrik, portable receiver, dan mesin ekstraksi elektrik.

 

Di sisi lain, beberapa produk mengalami penurunan impor, seperti serealia (HS 10) yang turun 29,72 persen dan perangkat optik, fotografi, dan sinematografi (HS 90) yang turun 11,75 persen (MoM).

 

RRT, Jepang, dan Australia tetap menjadi negara asal impor nonmigas terbesar Indonesia pada Juli 2024, dengan nilai impor sebesar USD 9,01 miliar dan pangsa 49,52 persen dari total impor nonmigas. 

 

Finlandia mencatatkan pertumbuhan impor tertinggi dengan kenaikan 108,22 persen, diikuti oleh Australia, Uni Emirat Arab, Brasil, dan Argentina.

 

Meskipun mengalami beberapa tantangan, Indonesia terus menunjukkan ketahanan ekonomi dengan mempertahankan surplus perdagangan, sekaligus melihat peluang di pasar nontradisional yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. (SG-2)