KONDISI keuangan PT Semen Indonesia Group (SIG) semakin memprihatinkan. Hal ini terungkap dalam kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI ke PT SIG dan anak usahanya, PT Semen Padang, Jumat (6/12).
Menurut evaluasi, penyebab utama penurunan kinerja perusahaan pelat merah ini adalah praktik predatory pricing yang dilakukan oleh sejumlah pabrik semen swasta.
Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron, mengungkapkan bahwa selisih harga jual antara produk SIG dan kompetitor mencapai sekitar Rp10.000 per sak. Selisih ini dianggap cukup signifikan untuk menggerus pangsa pasar BUMN tersebut.
Baca juga: SIG Perkuat Dukungan untuk UMKM dengan Optimalkan Produk Lokal dalam Rantai Pasok
“Kehadiran satu pabrik semen baru bisa merebut 10% pangsa pasar SIG,” ucap Herman.
“Ini menjadi tantangan besar, apalagi market share SIG yang sebelumnya 61 persen pada 2023, kini turun menjadi 49 persen di 2024,” kata Herman saat memberikan keterangan usai pertemuan di Jakarta, Jumat (6/12).
Seruan Kebijakan untuk Lindungi BUMN
Herman menegaskan pentingnya kebijakan afirmatif dari pemerintah untuk melindungi BUMN strategis seperti PT SIG. Salah satu solusi yang ia usulkan adalah moratorium pendirian pabrik semen swasta baru.
Jika hal ini tidak memungkinkan, ia merekomendasikan agar pabrik-pabrik baru diwajibkan mengekspor produk mereka alih-alih menjualnya di pasar domestik.
Baca juga: Semen Hijau Produksi SIG Diharapkan Tak Hanya untuk Bangun IKN Tetapi Bisa Diekspor
“Jika produksi dari pabrik baru tidak diekspor, situasi suplai dalam negeri akan semakin parah. Dampaknya tidak hanya pada produksi BUMN tetapi juga risiko pemutusan hubungan kerja,” tambah politikus Fraksi Partai Demokrat ini.
Tantangan Internal dan Kompetitor
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, menilai SIG membutuhkan evaluasi strategi internal secara menyeluruh, termasuk pada PT Semen Padang.
Ia mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi keuangan SIG yang terus memburuk, terlebih di pasar lokal seperti Sumatera Barat, di mana dominasi kompetitor semakin menguat.
“Situasi keuangan SIG dan Semen Padang memang memprihatinkan. Pangsa pasar di Sumatera Barat saja kini sudah banyak diambil alih oleh kompetitor. Ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih baik untuk menghadapi tantangan ini,” ujar Andre.
Langkah untuk Masa Depan
Praktik predatory pricing yang diduga dilakukan oleh pabrik semen swasta tidak hanya mengancam keberlanjutan SIG tetapi juga stabilitas industri semen di Indonesia secara keseluruhan.
Baca juga: DPR Soroti Rencana BUMN Selamatkan Sritex dan Minta Transparansi
DPR menekankan pentingnya tindakan tegas dari pemerintah untuk melindungi BUMN strategis seperti SIG, yang memiliki peran signifikan dalam mendukung perekonomian nasional.
Dengan adanya evaluasi menyeluruh dan kebijakan perlindungan yang tepat, diharapkan PT Semen Indonesia dapat kembali bangkit menghadapi kompetisi yang semakin sengit.
Langkah ini tidak hanya menyelamatkan BUMN tetapi juga menjaga tenaga kerja dan industri semen dalam negeri tetap kompetitif. (SG-2)