Ekonomi

Kemenperin: Indonesia Food Innovation 2024 Jaring dan Kembangkan IKM Pangan Inovatif

Industri Kecil dan Menengah (IKM) makanan dan minuman perlu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dan berinovasi untuk meningkatkan daya saing dengan membaca tren dan kebutuhan pasar pasar dalam negeri maupun ekspor.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
08 Juni 2024
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, pada Kick Off IFI 2024 di Jakarta, Kamis (6/6), mengatakan,  berkomitmen untuk mendorong para pelaku IKM pangan terus berinovasi menciptakan produk-produk inovatif, sehingga dapat bertahan, bahkan mengembangkan usahanya di situasi yang dinamis seperti saat ini.  

KEMENTERIAN Perindustrian (Kemenperin) untuk kelima kalinya menyelenggarakan Program Indonesia Food Innovation (IFI). Program ini merupakan komitmen Kemenperin untuk mendorong para pelaku IKM pangan terus berinovasi menciptakan produk-produk inovatif.

 

Program IFI sebagai pendorong bagi para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) pangan untuk mendapatkan pembinaan dan pendampingan tepat dari para ahli di bidang bisnis maupun teknis  sehingga dapat bertahan, bahkan mengembangkan usahanya di situasi yang dinamis seperti saat ini. 

 

Demikian disampaikan  Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita, pada Kick Off IFI 2024 di Jakarta, seperti dikutip situs resmi Kemenperin, Jumat (7/6).

 

Baca juga: Kemenperin Gelar Diklat 3 in 1 'Upskilling' Pengolahan Kopi untuk IKM di Bantaeng

 

“Diharapkan, program ini dapat mengakselerasi bisnis mereka menuju IKM modern yang marketable, profitable, dan sustainable hingga nantinya dapat meningkatkan skala bisnis IKM yang dibina,” ujarnya. 

 

Reni mengatakan pendaftaran peserta sudah dibuka sejak Kick Off IFI 2024 Kamis (6/6) hingga hingga 4 Agustus 2024 melalui https://ifi.kemenperin.go.id/. 

 

Kick off IFI 2024 yang mengangkat tema Promoting Sustainable Supply Chain and Added Value through Innovation to Serve the Dynamic Markets, lanjutnya,  merupakan awal dari rangkaian program IFI 2024 dan bertujuan untuk menyebarluaskan informasi pelaksanaan program tersebut kepada IKM pangan dan masyarakat di seluruh Indonesia. 

 

Baca juga: Kemenperin Jodohkan IKM Pangan dan Furnitur dengan Ritel

 

“IFI 2024  diharapkan dapat mendorong pengembangan kapasitas bisnis pelaku industri mamin dengan inovasi untuk memberikan solusi sebagai supply chain dan nilai tambah yang berkelanjutan bagi produk pangan Indonesia untuk memenuhi pasar,” imbuhnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, menambahkan, IFI 2024 akan menjaring peserta IKM pangan dari dua kategori.

 

Pertama,  kategori intermediate product untuk IKM pangan yang menghasilkan produk antara sebagai rantai suplai industri pangan. Kedua, kategori end product bagi IKM pangan yang menghasilkan produk olahan pangan untuk kebutuhan konsumen akhir.

 

Baca juga: Kemenperin Beri Pendampingan Teknologi ke IKM Alas Kaki NTB agar Semakin Berinovasi

 

“Kami akan menjaring IKM yang memiliki inovasi, memanfaatkan bahan baku lokal dan menciptakan produk-produk inovatif yang dapat bersaing dalam memenuhi kebutuhan pasar,” ungkapnya.

 

Para pendaftar, lanjut Yedi,  akan dikurasi oleh tim Ditjen IKMA dan para tenaga ahli. Selanjutnya, 40 IKM pendaftar yang lolos kurasi akan mengikuti Food Camp IFI selama kurang lebih satu bulan. Para penilai akan menentukan masing-masing tiga peserta terbaik dari tiap kategori setelah melewati proses tersebut.

 

Pemenang Program IFI akan diprioritaskan untuk mengikuti program akselerasi lanjutan pengembangan bisnis melalui coaching dan mentoring eksklusif scaling up usaha, memperoleh fasilitas sertifikasi Hazard Analysis & Critical Control Point (HACCP) atau sertifikasi lain yang dibutuhkan untuk peningkatan daya saing. 

 

“Pemenang juga akan difasilitasi untuk mengikuti berbagai macam pameran, investor matchmaking, dan fasilitasi keanggotaan di e-commerce global. Kami berharap agar IKM Makanan dan Minuman dapat memanfaatkan kesempatan ini,” tutup Yedi.

 

Semakin ketat

Kemajuan teknologi dan berkembangnya gaya hidup masyarakat berimbas pada kebutuhan yang semakin bertambah dan beragam akan produk makanan dan minuman (mamin). Hal ini tentunya membuat tingkat persaingan bisnis antar pelaku usaha mamin semakin ketat. 

 

Untuk itu, Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor ini perlu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dan berinovasi untuk meningkatkan daya saingnya, dengan membaca tren dan kebutuhan pasar, baik pasar dalam negeri maupun ekspor.

 

Reni mengataka Industri Makanan dan Minuman (mamin) merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dan potensi yang besar dalam mendukung perekonomian Indonesia. 

 

Terbukti, pada Triwulan-I tahun 2024, struktur produk domestik bruto (PDB) Industri Pengolahan Non-Migas didominasi oleh sektor Industri Makanan dan Minuman yang memberikan kontribusi sebesar 39,91%, atau 6,47% dari total PDB Nasional.

 

“Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai ekspornya pada April 2024 yang mencapai USD2,71 miliar atau 19,4% dari ekspor Industri Pengolahan Non-Migas. Ini merupakan ekspor terbesar kedua setelah Industri Logam Dasar,” ucapnya.

 

Reni mengungkapkan bahwa sebagian dari nilai tersebut merupakan kontribusi IKM pangan yang berjumlah sekitar 1,7 juta unit usaha, dengan menyerap sekitar 3,6 juta tenaga kerja sehingga tergolong sebagai industri padat karya.

 

 “Mengacu data tersebut, dapat dilihat IKM pangan atau mamin berperan penting sebagai komponen pemberdayaan masyarakat di Indonesia,” lanjut Reni.

 

Di sisi lain, masih terdapat permasalahan yang menjadi hambatan bagi kemajuan IKM pangan, di antaranya, keterbatasan modal, manajemen yang belum profesional, belum terpenuhinya standar dan legalitas usaha, serta keterbatasan inovasi. 

 

IKM juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam menjalankan usahanya, seperti kebutuhan akan pasokan bahan baku yang stabil, kehadiran pesaing dan produk baru, serta permintaan pasar yang sangat fluktuatif.

 

Reni mengungkapkan, komoditas agribisnis dan bahan pangan lokal alternatif merupakan tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Oleh karena itu, efisiensi dan efektivitas dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan menghubungkan daerah yang oversupply dengan daerah yang overdemand. 

 

"Hilirisasi dan industrialisasi yang inovatif dapat menjadi solusi untuk menghasilkan produk yang optimal serta dapat memenuhi kebutuhan pasar dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri pada komoditas agribisnis," kata Reni.

 

Komoditas agribisnis lokal yang dihasilkan daerah juga memiliki potensi besar lainnya untuk ikut berkontribusi pada rencana pemerintah yang akan datang, yaitu Program Makan Siang untuk Anak Sekolah dan Pencegahan Stunting yang memerlukan dukungan berbagai pihak dan sumber daya.

 

Reni menjelaskan, hilirisasi pangan yang dilakukan oleh stakeholder seperti IKM, Bumdesa dan Koperasi dapat mendukung kebutuhan masyarakat, terutama dengan inovasi untuk mengembangkan produk yang efisien, seperti produk pangan siap saji yang bisa mendukung pelaksanaan program tersebut.

 

Selain itu, pemanfaatan produk pangan siap saji dapat menjadi peluang untuk ikut dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Beberapa peluang produk pangan dalam pengadaan pemerintah seperti penyediaan konsumsi jemaah haji Indonesia, penyediaan konsumsi rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, angkutan pelayaran PELNI/KAI, penyediaan program tangguh bencana, dan sebagainya. (SG-1)