SEKRETARIS Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Seskemenkop UKM), Arif Rahman Hakim, mendorong perluasan akses permodalan bagi koperasi produsen.
Kemenkop UKM juga mendorong akses permodalan untuk Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (GLB) di Subang, Jawa Barat (Jabar).
Koperasi ini terkenal karena usahanya dalam mengelola dan mengekspor kopi berkualitas tinggi.
Baca juga: Dukung Hilirisasi, Kemenkop UKM Terus Dorong Koperasi Masuk ke Sektor Riil
Dalam kunjungan ke Koperasi Produsen GLB di Desa Cisalak, Kabupaten Subang, Jabar, Minggu (4/8), Arif menekankan pentingnya perluasan akses permodalan bagi koperasi produsen untuk meningkatkan skala usahanya.
Menurut Arif, kopi adalah komoditas dengan potensi luar biasa yang memiliki pasar yang terjamin baik di dalam maupun luar negeri.
"Koperasi produsen seperti GLB sangat penting untuk mendapatkan akses permodalan agar dapat meningkatkan skala usaha dan memenuhi permintaan pasar yang besar," kata Arif.
Koperasi Produsen GLB, yang berdiri sejak 2016, fokus pada budi daya kopi Arabika dan Robusta.
Dengan sekitar 800 anggota yang mengelola lahan kopi seluas 1.200 hektare dan sawah 300 hektare, koperasi ini telah berhasil mengekspor kopi ke berbagai negara termasuk Arab Saudi, Mesir, Lebanon, dan Amerika Serikat (AS).
Meski demikian, Koperasi Produsen GLB sempat mengalami kendala permodalan.
Baca juga: 709 Koperasi Aktif di Bandung: Volume Usaha Capai Rp1,2 Triliun
"Ini adalah koperasi yang sangat potensial, namun ada kendala pada permodalan padahal permintaan pasarnya besar," jelas Arif.
Dia menambahkan bahwa Koperasi Produsen GLB juga bertindak sebagai aggregator untuk perkebunan di Jabar yang memiliki luas sekitar 200 hektare, dengan rencana penambahan 50 hektare lagi.
Arif mengajak para investor untuk bermitra dengan Koperasi Produsen GLB, menjelaskan bahwa siapa pun bisa menjadi investor. "Semua orang bisa jadi investor," katanya.
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Rahmat Samulo, menyambut baik inisiatif Kementerian Koperasi dan UKM.
"Saya melihat ini sangat prospektif untuk investasi dan juga memberdayakan masyarakat di sini agar lebih maju karena komoditasnya ada, pasarnya juga sudah ada," kata Rahmat.
Miftahudin Shaf, Ketua Koperasi Produsen GLB, mengapresiasi berbagai kebijakan dan dukungan dari Kemenkop UKM.
Baca juga: Refleksi 77 Tahun Koperasi Indonesia: Relevansi, Tantangan, dan Jalan Ke Depan
"Alhamdulillah, ini bagus sekali untuk prospek anggota kita, terutama untuk mengatasi kendala permodalan guna penambahan kebun agar mencapai target satu orang petani minimal menguasai 3 hektare supaya masuk ke skala ekonomi," kata Miftah.
Menurut Miftah, investasi sebesar Rp 65 juta per hektare sudah mencakup biaya bibit, penanaman, perawatan, hingga panen.
"Investasi ini akan menghasilkan saat memasuki usia 2 tahun, dan di tahun ketiga modal sudah bisa kembali," jelasnya.
Memasuki tahun ketiga, koperasi akan masuk tahap profit revenue sharing sebesar 30:70 untuk investor.
"Tiap tahun, harga kopi selalu meningkat, tak pernah ada kata turun," tambahnya.
Koperasi Produsen GLB telah bermitra dengan berbagai perusahaan di Mesir, Arab Saudi, Lebanon, dan Indonesia.
Dengan inisiatif ini, Kemenkop UKM berharap dapat mendorong pertumbuhan koperasi produsen dan memastikan keberlanjutan usaha mereka di masa depan.
"Ayo terus dukung koperasi lokal dalam perjalanan mereka menuju kesuksesan," tutup Arif.(SG-2)