DEPUTI Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Ahmad Zabadi, menyampaikan upaya mendorong koperasi di Indonesia untuk lebih fokus menggarap sektor riil dan produktif.
Dalam seminar bertema "Transformasi Koperasi untuk Konsolidasi, Akselerasi, dan Ekskalasi Usaha Mikro Kecil" di Yogyakarta, baru-baru ini, Zabadi mengungkapkan koperasi selama ini lebih banyak bergerak di bidang usaha simpan pinjam, yang menjadi bisnis utama bagi banyak koperasi di Tanah Air.
"Kalau dulu koperasi itu lebih banyak bergerak di usaha simpan pinjam, sekarang ini harus mulai berubah untuk menguatkan ekosistem sektor riil," ujar Ahmad Zabadi.
Baca juga: Kemenkop UKM dan Kadin Bahas Strategi Pengembangan UMKM Masa Depan
Transformasi Koperasi ke Sektor Riil
Menurut data ODS (Online Data System) tahun 2022, jumlah koperasi di Indonesia mencapai 130.354 unit dengan anggota sebanyak 29,45 juta orang.
Total volume usaha mencapai Rp197,8 triliun dan aset Rp281 triliun.
Baca juga: 709 Koperasi Aktif di Bandung: Volume Usaha Capai Rp1,2 Triliun
Koperasi konsumen mendominasi dengan 54,70%, diikuti koperasi produsen 20,68%, koperasi simpan pinjam (KSP) 14,34%, serta koperasi jasa dan pemasaran.
Zabadi menegaskan bahwa jumlah dan volume usaha koperasi ini masih berpotensi untuk ditingkatkan melalui transformasi model bisnis koperasi, khususnya dengan menggarap sektor riil.
Salah satu contoh sukses adalah Koperasi Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, yang mengelola usaha pertanian.
Hasil panen dari petani diserap dengan harga layak dan dipasarkan ke supermarket atau hotel, serta mengikuti permintaan pasar untuk menghindari pemborosan hasil panen.
Baca juga: Hari Koperasi Songsong "Koperasi Maju, Indonesia Emas" Antara Tantangan dan Harapan
"Koperasi pertanian komoditas hortikultura ini dikelola dengan berbasis inovasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari para petani," jelas Zabadi.
Pengembangan Produk Sawit
Kemenkop UKM juga mendorong hilirisasi produk sawit. petani sawit yang sebelumnya hanya mendapatkan nilai tambah dari tandan buah segar.
Kemenkop UKM menginstruksikan petani sawit untuk mengolahnya menjadi minyak makan merah.
Pabrik pertama minyak makan merah ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Deli Serdang pada Maret 2024.
"Saat ini kita telah berhasil mengembangkan produk minyak makan merah yang diproduksi oleh pabrik-pabrik milik koperasi," kata Zabadi.
Namun, meskipun terdapat beberapa contoh sukses, jumlah koperasi di sektor riil masih sangat terbatas.
Untuk meningkatkan kontribusi koperasi terhadap perekonomian nasional, Zabadi menekankan perlunya perluasan porsi koperasi di sektor ini.
Dia menyoroti keberhasilan koperasi besar di dunia seperti Koperasi Nong Hyup di Korea Selatan, Zen Noh di Jepang, dan Fonterra di Selandia Baru yang menjadi raksasa dalam sektor pertanian dan peternakan.
Perlu Dukungan Regulasi dan Penguatan Kelembagaan
Untuk mencapai visi koperasi Indonesia yang maju dan modern di sektor riil, Zabadi menekankan pentingnya dukungan regulasi yang proaktif.
Kemenkop UKM sedang berupaya maksimal untuk mendorong revisi UU Perkoperasian agar segera disahkan.
Agenda terpenting dalam penataan usaha simpan pinjam adalah penguatan ekosistem kelembagaan melalui dua pilar yaitu lembaga pengawasan KSP dan lembaga penjaminan simpanan KSP.
"Revisi UU Perkoperasian sangat diperlukan untuk membawa koperasi di Indonesia maju dan berkembang secara modern serta lebih dominan bergerak di sektor riil," tegas Zabadi. (SG-2)