MENYAMBUT peringatan Hari Koperasi Indonesia ke-77, Perkumpulan Asosiasi Profesi Perkoperasian Indonesia (APPI) menegaskan pentingnya keberadaan koperasi dalam menghadapi dinamika bangsa.
Koperasi telah menjadi pilar yang mendidik masyarakat, memperkuat demokrasi, dan melawan warisan kolonialisme berupa "inferiority complex".
Namun, meski usianya telah mencapai 129 tahun, kehidupan perkoperasian Indonesia masih jauh dari memuaskan.
Baca juga: Hari Koperasi Songsong "Koperasi Maju, Indonesia Emas" Antara Tantangan dan Harapan
Ketua Umum APPI, Muhammad Taufik, menyoroti relevansi koperasi yang tak hanya bertahan, tetapi juga menjadi penopang ekonomi rakyat.
Koperasi dirancang untuk merasionalkan ekonomi dengan mempersingkat rantai produksi ke konsumsi, seperti yang diimpikan oleh Bung Hatta.
Namun, idealisme ini seringkali berbenturan dengan kenyataan di lapangan.
Koperasi dalam Krisis: Pergeseran Orientasi dan Risiko
Taufik menyampaikan bahwa banyak koperasi kini bergeser ke sektor jasa keuangan, terutama usaha simpan pinjam.
Perubahan ini, meskipun menguntungkan secara finansial, telah menyebabkan ketidakseimbangan dalam perkembangan koperasi.
Konsentrasi yang berlebihan pada sektor keuangan mengabaikan sektor riil yang vital, menyebabkan banyak koperasi sektor riil mengalami kemunduran.
Baca juga: Kemenkop UKM Paparkan Enam Langkah Strategis Pengembangan Koperasi dan UMKM
Liberalisasi yang semakin tak terkendali juga merusak sendi-sendi koperasi, mengikis kepercayaan masyarakat.
Krisis Identitas dan Etika dalam Koperasi
APPI mengidentifikasi masalah mendasar yang menghambat perkembangan koperasi, yaitu lemahnya ketaatan terhadap jati diri koperasi.
Banyak koperasi gagal menjunjung tinggi nilai etika seperti kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap sesama.
Pendidikan, yang seharusnya menjadi prinsip dasar dalam berkoperasi, seringkali diabaikan, mengakibatkan anggota koperasi tidak memahami hak dan kewajiban mereka.
Baca juga: Menghadapi Tantangan: Langkah Koperasi Indonesia Menuju Pasar Global
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Untuk membenahi kondisi ini, APPI menekankan perlunya beberapa langkah prioritas.
Pertama, menerapkan jati diri koperasi secara konsisten sebagai sumber keunggulan dalam menghadapi entitas bisnis lainnya.
Kedua, membangun kembali koperasi di sektor riil secara sistematis dan berdaya saing. Ketiga, memperkuat organisasi gerakan koperasi.
Keempat, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan perkoperasian yang dikelola secara profesional.
Kelima, memastikan negara hadir dalam porsi yang tepat untuk memberdayakan koperasi.
Sebagai organisasi profesi, APPI merasa terpanggil untuk mendukung dan memfasilitasi pengembangan koperasi di masa depan.
Koperasi harus kembali ke akar mereka, memperkuat jati diri dan etika yang menjadikan mereka berbeda dari entitas bisnis lainnya.
Dengan komitmen yang kuat, koperasi bisa menjadi pilar ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, siap menyongsong 100 tahun Indonesia Emas.
Peringatan Hari Koperasi ke-77 bukan hanya momen refleksi, tetapi juga panggilan aksi.
Koperasi Indonesia harus bertransformasi, menghadapi tantangan dengan inovasi dan dedikasi untuk memastikan keberlanjutan dan relevansinya di masa depan.
Hanya dengan begitu, cita-cita Bung Hatta dan para pendiri koperasi dapat terwujud, menjadikan koperasi sebagai alat persekutuan yang kuat bagi mereka yang lemah. (SG-2)