NEGARA-NEGARA Eropa ternyata butuh komoditas kelapa kering untuk digunakan di industri-industri makanan di negara tersebut. mulai dari roti, permen, hingga produk makanan sehat seperti makanan bebas gluten dan keto.
Permintaan yang tinggi itu tentu membuka peluang bagi usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia untuk berpartisipasi dalam pasar global. Pasalnya, pasokan kelapa untuk industri makanan Eropa masih bergantung pada negara-negara Asia seperti Indonesia, Filipina dan India.
Bagaimana potensi pasar ekspor kelapa kering di Eropa? Negara mana saja yang membutuhkan kelapa ini? Berikut informasi tips dari Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) yang dirilis Jumat (27/9).
Baca juga: Mendag Lepas Ekspor Produk Kelapa Lampung Senilai Rp25,30 Miliar
Mengapa Eropa ?
Eropa merupakan pasar yang sangat potensial bagi kelapa kering dari Indonesia. Meskipun ada penurunan volume impor kelapa kering dalam beberapa tahun terakhir, nilai impornya justru meningkat.
Hal itu menunjukkan bahwa produk kelapa kering tetap dihargai dan dicari, terutama di sektor makanan yang terus berkembang. Selain itu, tren konsumsi makanan sehat dan produk berbasis tanaman di Eropa semakin meningkat, menjadikan kelapa kering sebagai bahan penting dalam diet modern, termasuk diet ketogenik.
Diet ketogenik atau diet keto adalah sebuah pola makan rendah karbohidrat yang diimbangi dengan asupan tinggi lemak dan protein dalam jumlah sedang.
Baca juga: Cocotech 2024: Presiden Soroti Potensi Besar Ekonomi Hijau Indonesia dari Kelapa
“Selain itu, negara-negara Eropa juga sangat peduli dengan aspek keberlanjutan dan kualitas produk. Oleh karena itu, kelapa kering dengan sertifikasi organik atau berkelanjutan memiliki daya tarik lebih di mata para importir dan konsumen Eropa. Sobat UKM yang mampu menawarkan produk dengan sertifikasi ini dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global,” tulis rilis KemenKopUKM.
Berikut negara-negara Eropa yang memiliki permintaan tinggi untuk kelapa kering. Pertama, Belanda, Negara kincir angin itu merupakan pintu masuk utama impor kelapa kering di Eropa, Belanda memegang peran penting dalam distribusi produk ini ke negara-negara lain di Eropa.
Kedua, Jerman. Sebagai negara dengan industri makanan besar, Jerman membutuhkan kelapa kering untuk berbagai produk makanan, seperti kue dan camilan sehat. Pengecer besar di Jerman juga banyak menjual kelapa kering dalam kemasan kecil.
Baca juga: 15 IKM Olahan Kelapa dan Tenun Kain Dapat Pendampingan dari Kemenperin
Ketiga, Inggris yang industri makanannya sangat bergantung pada kelapa kering untuk produk-produk seperti cokelat dan permen. Pasar ritel di Inggris juga sangat potensial, dengan pengecer besar seperti Tesco yang turut memasarkan kelapa kering.
Keempat, Polandia. Negara ini menjadi pasar yang berkembang pesat di Eropa Timur, dengan permintaan kelapa kering terus meningkat, terutama untuk industri makanan ringan dan roti.
Kelima, Perancis. Kelapa kering di Perancis banyak digunakan dalam makanan penutup dan masakan internasional, yang semakin populer di kalangan konsumen. Produk kelapa kering sering ditemui di supermarket besar dan toko makanan sehat.
Keenam, Belgia. Negara kecil ini permintaan kelapa keringnya cukup tinggi, terutama dalam industri cokelat dan permen, yang merupakan salah satu produk unggulan Belgia di pasar internasional.
“Setiap negara itu menawarkan peluang yang besar bagi UKM Indonesia yang mampu menyediakan produk kelapa kering berkualitas dan sesuai dengan standar pasar Eropa,” tulis rilis KemenKopUKM lagi.
Performa Ekspor Produk Kelapa Indonesia
Nah, setelah Sobat KUKM mengetahui potensi bisnis kelapa kering, kini akan dibahas bagaimana kinerja ekspor produk kelapa dan turunannya di Indonesia.
Perlu diketahui, Indonesia menempati urutan kedua negara di Asia Tenggara sebagai pengekspor kelapa setelah Filipina. Berikut adalah beberapa produk kelapa dan performa ekspornya:
- Kelapa Segar. Indonesia adalah eksportir terbesar kelapa segar dalam batok dengan nilai USD56 juta.
- Kelapa Parutan Kering. Indonesia adalah eksportir terbesar kedua dengan nilai USD170 juta, namun permintaan di dalam negeri juga tinggi.
- Kopra. Indonesia menempati posisi kedua setelah Filipina dalam ekspor kopra mentah dan olahan dengan nilai masing-masing USD354 juta dan USD368 juta.
- Gula Kelapa. Terdapat pertumbuhan ekspor signifikan sebesar 15% dari 2014- hingga 2018 dengan nilai USD63 juta.
- Sabut Kelapa. Indonesia menempati posisi ke-9 pengekspor sabut kelapa dengan nilai USD11 juta. Angka ini jauh di bawah potensi maksimalnya.
Prospek Produk Olahan Kelapa untuk Ekspor
Lebih lanjut, KemenKopUKM menunjukkan bagaimana Virgin Coconut Oil (VCO) dan Gula Kelapa merupakan dua produk kelapa yang memiliki potensi tinggi di pasar ekspor:
VCO memiliki permintaan tinggi di pasar internasional, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, karena manfaat kesehatan dan kualitas premium. Namun, untuk memasuki pasar tersebut, produk harus memenuhi standar kualitas yang ketat, termasuk sertifikasi organik dan kualitas tinggi.
Begitu juga dengan gula kelapa. Sebagai alternatif pemanis yang baik bagi penderita diabetes, gula kelapa semakin diminati di negara-negara maju. Dengan standar kualitas yang tepat dan sertifikasi, gula kelapa memiliki potensi besar untuk ekspor.
Untuk bisa menembus pasar ekspor ke Eropa, tentu perlu meningkatkan kualitas dan label ‘keberlanjutan’ untuk Ekspor ke Eropa
“Nah, setelah mengetahui informasi seputar kelapa dan produk turunannya, Sobat KUKM bisa melihat betapa ekspor kelapa kering ke Eropa adalah peluang bisnis yang sangat menjanjikan,” tulis rilis tersebut.
Namun, perlu diingat untuk menembus pasar itu, Sobat KUKM harus memenuhi standar keberlanjutan dan kualitas yang ketat. Menawarkan produk kelapa kering dengan sertifikasi organik dan berkelanjutan akan membantu meningkatkan daya saing produk di pasar internasional.
Dengan memanfaatkan peluang yang ada dan menerapkan strategi yang tepat, bisnis kelapa kering dapat menjadi salah satu pilar utama dalam ekspansi global UKM Indonesia. (SG-1)