Ekonomi

Hampir Satu Abad Eksis, Kopi Aroma Tetap Pertahankan Tradisi dan Kualitas

Toko kopi ini, yang juga merupakan pabrik kopi tertua di Bandung, telah bertahan hampir satu abad dengan mempertahankan tradisi dan kualitas yang tidak lekang oleh waktu.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
23 Juli 2024
Putra Tan Houw Sian, Widyapratama, yang kini meneruskan bisnis Toko Kopi Aroma. (Ist/Pemkot Bandung)

DI tengah maraknya kedai kopi modern yang bermunculan, toko kopi legendaris seperti Toko Kopi Aroma tetap menjadi favorit banyak orang. 

 

Toko kopi ini, yang juga merupakan pabrik kopi tertua di Bandung, telah bertahan hampir satu abad dengan mempertahankan tradisi dan kualitas yang tidak lekang oleh waktu.

 

Toko Kopi Aroma tahun 1930 didirikan pengusaha lokal Bandung yang bernama Tan Houw Sian. 

 

Baca juga: Mendag Lepas Ekspor Kopi Senilai USD 1,48 Juta ke Amerika Serikat

 

Putra Tan Houw Sian, Widyapratama, yang kini meneruskan bisnis ini, menceritakan bahwa ayahnya merintis usaha ini setelah bekerja dengan orang Belanda, mengumpulkan keahlian dan modal. 

 

"Dahulu 1930 Kopi Aroma didirikan ayah saya, dia bekerja di orang Belanda mengumpulkan keahlian dan modal. Karena dahulu juga belum ada pabrik-pabrik kopi," ujar Widyapratama sebagaiaman dikutip situs Pemkot Bandung.

 

Bangunan bersejarah Toko Kopi Aroma di Jalan Banceuy No. 51, Kota Bandung, menawarkan suasana klasik yang memikat. 

 

Di belakang toko, terdapat Pabriek Kopi Aroma, pusat produksi biji kopi yang tetap menggunakan metode tradisional. 

 

Alat roasting bertenaga kayu bakar digunakan untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi, menjaga keseimbangan yang telah dibangun selama ini.

 

"Ini memang kita pertahankan dari dahulu, karena saya percaya 7M-nya harus seimbang: Man, Money, Material, Machine, Method, Market, dan Management. Semua harus dijaga keseimbangannya," tambah Widyapratama.

 

Baca juga: Menyeruput Kopi Teras Gandok di Tengah Sejuknya Gang Enom, Kota Bandung

 

Toko Kopi Aroma tidak hanya dikenal karena kualitas kopinya tetapi juga karena telah mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh penting. 

 

Salah satunya adalah Presiden Indonesia ketiga, B.J. Habibie, yang pernah berkunjung dan mengapresiasi usaha ini. 

 

"Waktu itu Pak Habibie ke sini dan dia begitu bangga melihat ada orang yang masih mau bekerja pelan-pelan seperti ini," kenang Widyapratama.

 

Sejak awal berdirinya, Toko Kopi Aroma hanya menawarkan dua varian biji kopi yang telah di-roasting dan dituakan: biji kopi Arabika Mokka yang dituakan selama delapan tahun dan biji kopi Robusta yang dituakan selama lima tahun. 

 

Kedua jenis kopi ini dijual dengan harga mulai dari Rp 45.000 untuk kemasan 250 gram. 

 

Widyapratama memberikan pesan kepada para pebisnis kopi bahwa kopi yang baik harus melewati proses penuaan dan tidak menggunakan biji kopi yang baru dipetik. 

 

"Tetap kopi yang baik itu yang harus dituakan, karena kopi baru petik bikin kembung. Kopi juga harus melewati proses," ujarnya. 

 

"Yang terpenting pelanggan sehat dan petaninya hidup. Jangan hanya uang yang dipikir. Tak usah khawatir, yang punya sudah mengatur," paparnya.

 

Baca juga: Jazz Coffee: Harmoni Musik dan Kopi di Jantung Kota Bandung

 

Keberhasilan Toko Kopi Aroma yang hampir satu abad ini adalah bukti bahwa mempertahankan tradisi dan kualitas dapat membawa kesuksesan yang berkelanjutan. 

 

Kisah inspiratif ini menunjukkan bahwa dengan dedikasi, keseimbangan, dan komitmen terhadap kualitas, sebuah usaha dapat bertahan melampaui generasi dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. (SG-2)