KOTA dengan sejuta pesona ini kini memiliki daya tarik baru bagi para penikmat musik dan kopi.
Jazz Coffee, yang terletak di Jalan Bungur No. 37, Gegerkalong, Kota Bandung di dalam Ruang Putih, menawarkan pengalaman unik yang memadukan cinta terhadap musik jazz dengan suasana hangat khas Kota Kembang.
Setiap Kamis malam, Jazz Coffee menjadi surga bagi para pencinta jazz. Suara denting piano, deru drum, dan nyaringnya trumpet memenuhi udara, menjadikan jazz bukan sekadar genre musik, tetapi juga identitas pengunjungnya.
Baca juga: Gedebage Jazz Festival 2024, Kisah Fans yang Tempuh Ratusan KM Demi Danilla
Panggung Terbuka untuk Semua
Kamis malam (30/5), Ruang Putih dipadati oleh penonton antusias. Ketika konga mulai ditabuh dan trumpet 'menyalak', suasana berubah magis.
Hanna Amelia, pengunjung setia, melantunkan lagu "Love" dari Nat King Cole, sementara beberapa tamu ikut bernyanyi dan yang lain menggerakkan kaki mengikuti irama.
Pemandangan seperti ini adalah hal biasa di Jazz Coffee setiap Kamis malam. Pengunjung datang dari berbagai penjuru, bahkan dari Jakarta dan luar negeri.
Jazz Coffee telah menjadi destinasi utama bagi mereka yang ingin menikmati keindahan kota Bandung.
Kopi dan Jazz: Kombinasi Sempurna
Menikmati jazz tak lengkap tanpa kopi. Latte Jazz, andalan Jazz Coffee, selalu mendapat pujian. Setiap nada musik yang dimainkan, setiap tegukan kopi, menciptakan harmoni sempurna di telinga dan lidah pengunjung.
Baca juga: The Room 19 Library Space: Surga Baru bagi Pecinta Buku di Bandung
Bobby K Raharja, pemilik Jazz Coffee berusia 32 tahun, menyambut pengunjung dengan ramah dan sering mengajak siapa saja untuk ikut jamming.
“Senang sekali melihat wajah-wajah baru yang datang. Bagi yang mau ikut jamming, bisa menghubungi saya. Kalau ada yang bawa alat, bisa langsung gabung,” ujarnya penuh semangat.
Malam Jazz yang Tak Terlupakan
Malam itu, setelah beberapa lagu usai dilantunkan, musisi jazz ternama Rio Sidik tiba-tiba muncul di panggung.
Dengan trumpet-nya, ia menciptakan suasana memukau, berkolaborasi dengan homeband yang mengiringi pengunjung yang berani tampil. Kejutan dan kolaborasi seperti ini sering menghiasi malam di Jazz Coffee.
Ruang Kolaborasi yang Inklusif
Jazz Coffee di Ruang Putih adalah ruang musik jazz yang inklusif, tempat musisi, penikmat musik, produser, dan orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul dan berkolaborasi.
“Skema Jazz Jamming ini jauh dari kata eksklusif. Semua orang bisa main jazz dan bersenang-senang,” kata Bobby.
Jazz Coffee pertama kali didirikan pada 2019 di Jalan Sudirman dan bergabung dengan Ruang Putih pada Maret 2023, mulai menggelar jazz jamming pada Juni 2023.
“Kami ingin penikmat musik, musisi, pendengar, dan produser ikut bergabung di event ini. Tidak hanya menonton, tetapi juga berpartisipasi dan berkolaborasi,” tambah Bobby.
Baca juga: Java Jazz Festival Turut Perkuat Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Indonesia
Rangkul Tujuh Pelaku UMKM
Jazz Jamming di Jazz Coffee menjadikan Kamis malam sebagai malam yang paling ramai.
Selain Jazz Coffee, tujuh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tenant di Ruang Putih.
“Penjualan di hari Kamis meningkat 5-6 kali lipat dibanding hari biasa. Event ini juga berdampak positif pada tenant lain,” ujar Bobby.
Jazz Jamming di Jazz Coffee membawa semangat yang mirip dengan yang terjadi di New Orleans, di mana jazz lahir sebagai bentuk kegembiraan di tengah penindasan.
Di Jazz Coffee, setiap orang yang mencintai musik dapat menghidupkan kembali gairahnya dan menciptakan jazz versi mereka sendiri.
Bangkitkan Gairah Bermusik di Bandung
Bobby memiliki visi membangkitkan kembali komunitas jazz di Bandung yang sempat padam akibat pandemi.
“Tujuannya adalah membangkitkan gairah bermusik di Bandung. Kami ingin menciptakan tempat yang nyaman, bukan hanya untuk musisi, tetapi juga penikmat musik," tutur Bobby.
"Dengan acara ini, saya kembali mengulik gitar dan menemukan semangat bermusik,” kata Bobby.
Dengan komunitas yang sehat dan ekosistem yang bagus, Bobby yakin bisnisnya akan berkembang.
Jazz Coffee bukan hanya sebuah kafe, tetapi panggung di mana setiap orang dapat mengekspresikan diri, menemukan kebahagiaan dalam musik, dan membentuk komunitas yang kuat.
Setiap Kamis malam di sini adalah perayaan jazz, di mana semua orang memiliki panggung mereka sendiri. (SG-2)