Ekonomi

Gunakan Teknologi Geomembran, KKP Optimistis Garam Sabu Raijua Topang Kebutuhan Nasional

Sekalipun pembuatannya masih tradisional, kualitas garam di Sabu Raijua memiliki kualitas nomor 1 (super/premium) dengan kadar NaCl 98,23% atau setara  garam impor.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
21 Agustus 2024
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut  KKP, Victor Gustaaf Manoppo, menerangkan,  dengan menggunakan teknologi geomembran.,Kabupaten Sabu Raijua, NTT, memiliki potensi garam sebesar 2.015 ha yang tersebar di enam kecamatan. (Dok.KKP)

TEKNOLOGI geomembran yang digunakan di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah membuat wilayah itu memiliki potensi garam sebesar 2.015 hektare (ha) yang tersebar di enam  kecamatan. 

 

Iklim semi-arid yang memiliki musim kemarau panjang juga sangat mendukung produksi garam di Sabu Raijua. 

 

Melihat kondisi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) optimistis pengelolaan garam di wilayah itu bisa ditingkatkan dengan skala lebih besar sehingga bisa memenuhi kebutuhan garam nasional.

 

Baca juga: Butuh Peran Pemerintah dan Stakeholder Bangkitkan Usaha Garam Sulawesi Selatan

 

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP, Victor Gustaaf Manoppo, dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin (19/8).

 

“Sekalipun pembuatannya masih tradisonal, kualitas garam di Sabu Raijua memiliki kualitas nomor 1 (super/premium) dengan kadar NaCl 98,23% setara dengan garam impor," imbuhnya.

 

Pengelolaan garam tersebut, menurut Victor,  perlu ditingkatkan antara lain dengan cara melakukan pemetaan lahan garam potensial, perbaikan sistem pemasaran, kelembagaan dan sistem produksi yang efektif dan efisien. Dengan demikian produksi garam ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan di Sabu Raijua.

 

Baca juga: Lampaui Target, Produksi Garam Nasional 2023 Capai 2,5 Juta Ton

 

Sejalan dengan itu, Direktur Jasa Kelautan, Huda, menyebutkan, potensi produksi garam di kabupaten itu bisa mencapai 300.000 ton per tahun. Jika dikelola secara baik, produksi garam tersebut dapat menyokong ekonomi sektor kelautan di Kabupaten Sabu Raijua.

 

“Garam di Sabu Raijua dihasilkan dengan teknologi full geomembran untuk menghasilkan garam dengan kadar terbaik di Indonesia sehingga mampu digunakan untuk semua industri baik dalam negeri maupun luar negeri," terangnya.

 

Selain iklim di wilayah setempat yang sangat mendukung untuk produksi garam, masyarakat juga telah terlatih dan masih memungkinkan untuk perluasan usaha tambak garam.

 

Baca juga: KKP Beri Pendidikan Gratis dengan Kuota 100% dari Kalangan Nelayan, Petambak Garam

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau kegiatan produksi garam berbasis tambak rakyat di Sabu Raijua pada Jumat (16/8).  

 

Menteri Sakti berdialog dengan masyarakat petambak garam sekaligus memberikan apresiasi kepada petambak garam di Sabu Raijua yang masih tetap bertahan paska bencana Badai Seroja yang menimpa hampir di seluruh wilayah provinsi NTT pada 2021. (SG-1)