Ekonomi

Dirut BSI Puji Gaya Kepimpinan Menteri BUMN Erick Thohir

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI), Hery Gunardi, mengakui bahwa penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah bukanlah tugas yang mudah.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
31 Juli 2024
Peluncuran buku berjudul "Elephant Learns Flamenco:  BUMN Menuju Indonesia Emas 2045". Buku karya Indonesia Brand Forum (IBF) dan PT Balai Pustaka yang akan diluncurkan dalam gelaran IBF 2024 di Jakarta, Rabu (31/7/2024)  (Ist/BSI)

KEBERHASILAN Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam membentuk PT Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 2021 telah menjadi tonggak sejarah penting bagi perbankan syariah di Indonesia. 

 

Dengan sinergi dan transformasi, cita-cita Indonesia untuk memiliki bank syariah yang mumpuni akhirnya terwujud.

 

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI), Hery Gunardi, mengakui bahwa penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah bukanlah tugas yang mudah. 

 

Baca juga: BSI dan Kemenag Salurkan Rp 9,17 M Program Bantuan Masjid Ramah 2024 Tahap I

 

Namun, Hery menyatakan bahwa Erick Thohir berhasil melewati tantangan tersebut dan mewujudkan mimpi besar bangsa. 

 

"Pak Erick punya kepemimpinan yang kuat dan gesit dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin yang decisive," ujar Hery di Jakarta, Selasa (30/7).

 

Kesaksian Hery tentang gaya kepemimpinan Erick tertuang dalam buku berjudul "Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2045." 

 

Buku ini, karya Indonesia Brand Forum (IBF) dan PT Balai Pustaka, akan diluncurkan dalam acara IBF 2024 di Jakarta, Rabu (31/7/2024). 

 

Buku ini menggambarkan perjalanan serta strategi BUMN dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, dengan sorotan khusus pada kepemimpinan Erick Thohir dan core values Akhlak yang diterapkan di BUMN.

 

Baca juga: BSI, Kemenag, dan BWI Kolaborasi Perkuat Ekosistem Ziswaf dan Kesejahteraan Masyarakat

 

"Dalam buku ini, para direktur utama BUMN menyampaikan model interaksi dan kepemimpinan Erick selama lima tahun terakhir," ujar Founding Director IBF, Yuswohady. 

 

Menurut Yuswohady, keberhasilan transformasi sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan pemimpinnya, dan hal ini berlaku pula pada transformasi BUMN.

 

Untuk memahami gaya kepemimpinan Erick, Yuswohady menggunakan pendekatan riset yang unik. 

 

"Saya bukan menggalinya langsung dari Pak Erick Thohir, tapi dari para Dirut BUMN yang berinteraksi dan merasakan praktik kepemimpinannya," kata Yuswohady. 

 

Baca juga: BSI Gelar CEO Mengajar di Makassar dan Berikan Beasiswa Rp 5,5 Miliar

 

Ia menekankan bahwa Erick adalah aktor utama di balik kesuksesan BUMN selama lima tahun terakhir, menjaga tren positif kinerja BUMN dan kontribusinya kepada negara melalui pajak, PNBP, dan dividen.

 

Yuswohady juga menyoroti bagaimana kepemimpinan Erick telah membuat BUMN mampu bersaing di kancah global. 

 

Aset BUMN yang saat ini sebesar Rp 8.978,1 triliun dan pendapatan sebesar Rp 2.292,5 triliun tercatat sudah lebih besar dari superholding BUMN di Singapura, Temasek. 

 

Erick berhasil mendorong BUMN menjadi lebih profesional dan kompetitif, seperti BUMN besar dunia lainnya seperti Temasek dan Aramco milik Arab Saudi.

 

"Sebagaimana Aramco yang mulai melakukan diversifikasi bisnis, Erick pun merapikan model bisnis BUMN lebih adaptif," lanjut Yuswohady. 

 

Ia mencatat bahwa model BUMN sebagai korporasi swasta mulai terlihat, terutama dalam proses efisiensi dan fokus bisnis melalui holdingisasi BSI, Pelindo, PTPN, hingga Ultramikro.

 

Selain fokus pada core business masing-masing, digitalisasi juga mendorong transformasi BUMN menjadi lebih cepat. 

 

Yuswohady berharap momentum positif ini terus berlanjut di Kementerian BUMN karena fondasi yang sudah ada perlu dijaga untuk kesinambungan.

 

Judul buku "Elephant Learns Flamenco" terinspirasi dari orasi ilmiah Erick Thohir bertajuk "Eternitas Transformasi BUMN: Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru".

 

Pada saat itu Erick Thohir menerima penganugerahan Doktor Honoris Causa bidang Manajemen Strategis dari Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur, pada Maret 2023.

 

"Judul ini berasal dari pandangan Erick bahwa BUMN harus besar seperti gajah namun pandai menari flamenco," ujar Yuswohady. 

 

Erick ingin BUMN tumbuh lebih besar namun tetap agile dalam menghadapi dinamika ekonomi dan pasar, dengan konsolidasi melalui holding sebagai komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.

 

Kondisi BUMN kini jauh lebih lincah, indah, dan bertenaga, bak gajah yang mampu menari flamenco. 

 

Hal ini diharapkan dapat berkontribusi besar dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terbesar pada 2045. 

 

"BUMN kini benar-benar menjadi pilar dan katalis untuk ekonomi Indonesia," kata Yuswohady. (BSI/S-2)