Ekonomi

BPS: Inflasi September 2024 sebesar 1,84% , Turun dibanding Bulan Sebelumnya

Inflasi kabupaten/kota (y-on-y) tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 6,31% dengan IHK sebesar 107,44 dan terendah terjadi di Kabupaten Karo sebesar 0,04% dengan IHK sebesar 105,80.

 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
02 Oktober 2024
Dok. Badan Pusat Statistik

BADAN Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada September 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,84% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,93. Angka ini menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,12% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06. 

 

Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.

 

Demikian disampaikan Direktur Statistik Harga BPS, Windhiarso Ponco Adi P, dalam  rilis BPS, Selasa (1/10).

 

Baca juga: BPS: Inflasi Agustus 2024 sebesar 2,12%, Tertinggi terjadi di Papua Pegunungan

 

Inflasi provinsi (y-on-y) tertinggi masih terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 4,14% dengan IHK sebesar 110,12 dan terendah juga masih terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sebesar 0,49% dengan IHK sebesar 103,76. 

 

Namun, dari sisi angka bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Inflasi  di Provinsi Papua Pegunungan pada Agustus 2024 sebesar 5,05% dengan IHK sebesar 110,78 dan terendah terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yakni 1,02% dengan IHK sebesar 103,78. 

 

 

Baca juga: BPS:Harga Produsen Alami Inflasi 0,64% di Triwulan II-2024

 

“Sedangkan inflasi kabupaten/kota (y-on-y) tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 6,31% dengan IHK sebesar 107,44 dan terendah terjadi di Kabupaten Karo sebesar 0,04% dengan IHK sebesar 105,80,” ujarnya. 

 

Untuk Deflasi kabupaten/kota (y-on-y) terdalam, lanjut  Windhiarso, terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 1,32% dengan IHK sebesar 104,16 dan terendah terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,22% dengan IHK sebesar 105,87.

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan, penyebab terjadinya Inflasi (y-on-y) di September, yakni  karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,57%.

 

Baca juga: Bank Indonesia: Menurun Inflasi Juni 2024

 

Bahan makanan pada September 2024 mengalami inflasi y-on-y sebesar 1,53% atau terjadi kenaikan indeks dari 104,75 pada September 2023 menjadi 106,35 pada September 2024. 

 

“Deflasi m-to-m dan y-to-d masing-masing sebesar 1,03% dan 1,93%. Bahan makanan pada September 2024 memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y sebesar 0,30%. Sementara bahan makanan pada September 2024 memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m sebesar 0,21%,” imbuh Windhiarso.

 

Kemudian, naiknya harga  kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,18%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,60%; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,08%.

 

Kenaikan harga juga terjadi pada  kelompok kesehatan sebesar 1,69%; kelompok transportasi 0,92%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,55%; kelompok pendidikan 1,94%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,25%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,25%. 

 

“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,28%,” katanya lagi.

 

Di sisi lain, tingkat deflasi month to month (m-to-m) September 2024 sebesar 0,12% dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) September 2024 sebesar 0,74%.

 

“Tingkat inflasi (y-on-y) komponen inti September 2024 sebesar 2,09%, inflasi (m-to-m) sebesar 0,16%, dan inflasi (y-to-d) sebesar 1,69%,” kata Windhiarso lagi.

 

Menurun

Sementara itu secara terpisah  Bank Indonesia (BI) melihat inflasi yang terjadi pada September 2024 secara tahunan menurun dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,12% (yoy), menjadi 1,84% (yoy).

 

“ Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam rilis BI.

 

Ke depan, lanjutnya, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. (SG-1)