Ekonomi

Bicara di Unhas Makassar, Menteri KP Ungkap Peran Ekonomi Biru bagi Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan bersumber dari karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu sumber protein dari perikanan. Merujuk data perdagangan, produk perikanan merupakan sumber ketahanan pangan paling kuat.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
30 Agustus 2024
Dok. KKP

DI hadapan lebih dari 400 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan pentingnya implementasi program ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan dan ketahanan pangan nasional.

 

Kuliah umum yang mengusung tema Implementasi Kebijakan Ekonomi Biru: Mewujudkan Keberlanjutan dan Kesejahteraan Bersama itu berlangsung di Baruga Prof.Dr.H.Baharuddin Lopa, Kamis (29/8). 

 

“Saya ucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada mahasiswa Unhas yang tampak antusias mengikuti kuliah umum ekonomi biru ini. Mahasiswa, akademisi, dan perguruan tinggi berperan penting dalam mengimplementasikan kebijakan Ekonomi Biru di sektor kelautan dan perikanan melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya. 

 

Baca juga: APA 2024 Momentum RI Kembangkan Budi Daya Perikanan Berbasis Ekonomi Biru

 

Trenggono pun  merekomendasikan agar kurikulum pendidikan di Universitas Hasanuddin memiliki fokus khusus terhadap ilmu pengetahuan, riset, inovasi, dan teknologi yang mendukung kebijakan Ekonomi Biru, karena itulah sesungguhnya masa depan bangsa Indonesia.

 

Lebih lanjut, Menteri Trenggono menjelaskan, ketahanan pangan bersumber dari tiga hal yakni karbohidrat, lemak dan protein. Khusus untuk protein, salah satunya berasal dari produk perikanan. Merujuk data perdagangan yang selalu surplus, produk perikanan dinilainya sebagai sumber ketahanan pangan yang paling kuat.

 

“Silahkan diriset, laut dapat menjadi jawaban untuk mengatasi permasalahan pangan yang dunia sedang hadapi saat ini,” imbuhnya. 

 

Baca juga: Sokong Perempuan dan Disabilitas Wujudkan Inklusivitas Ekonomi Biru, KKP Gandeng USAID

 

Untuk mengoptimalkan potensi serta menghadapi tantangan yang ada, Menteri Trenggono menyatakan semua harus mulai menyadari pentingnya menempatkan ekologi sebagai panglima.

 

Pentingnya ekologi sebagai panglima telah menjadi perhatian KKP yang diimplementasikan melalui lima kebijakan Ekonomi Biru. Mulai dari memperluas kawasan konservasi laut; Penangkapan ikan secara terukur berbasis kuota; Pengembangan budi daya laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan; Pengelolaan dan pengawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; serta penanganan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan atau Bulan Cinta Laut (BCL).

 

Kerja sama 

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa, menyebut, mahasiswa Unhas sangat antusias menunggu kuliah umum Menteri Trenggono. 

 

Baca juga: Di Forum Bisnis Internasional, KKP Promosikan Potensi Investasi Ekonomi Biru

 

Ia menyebut sedikitnya ada 700 yang mendaftar untuk mengikuti kuliah umum, namun karena baruga hanya memiliki kapasitas sekitar 400, terpaksa sisanya harus mengikuti live streaming Youtube. 

 

“Mahasiswa sangat antusias menunggu dari pagi agar dapat duduk, alhasil pada duduk memenuhi tangga dan sudut jalan yang ada,” ujarnya.

 

Terkait  kebijakan Ekonomi Biru, Jamaluddin sangat mendukung. Sebabnya,  sesuai dengan visi Unhas 2045 yang berbasis benua maritim Indonesia. Unhas pun bersedia untuk bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan guna mendukung kebijakan tersebut. 

 

“Kebijakan ekonomi biru yang berbasis ilmu pengetahuan, sains seperti penangkapan ikan terukur harus dilakukan, ukuran sangat penting,” ungkapnya.

 

Dalam kuliah umum itu juga dilakukan Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin tentang Pengelolaan Benda Muatan Kapal Tenggelam Melalui Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pendataan, Kajian serta Publikasi.

 

Antusiasme  mahasiwa dalam kuliah umum Ekonomi biru kembali terlihat pada sesi tanya jawab. Hampir seluruh peserta ingin mengajukan pertanyaan, namun karena keterbatasan waktu, pertanyaan hanya dibukan untuk empat orang. 

 

Mereka bertanya seputar kepastian hukum Ekonomi Biru, sumber pakan budi daya, kondisi nelayan, hingga bahaya overfishing. Setelah semua di jawab oleh Menteri Trenggono, mahasiswa yang lain masih ingin bertanya. Hal itu membuat Menteri Trenggono membuka pertanyaan kepada empat mahasiwa lainnya.

 

Claudia, Mahasiswi Fakultas Hukum Unhas mengaku sangat senang dengan adanya kuliah umum dari Menteri Trenggono. Dia bahkan rela datang dari pagi untuk menunggu kuliah umum tersebut.

 

“Saya pingin tahu bagiamana kepastian hukum tentang kebijakan ekonomi biru, kebetulan banyak teman saya yang dari keluarga nelayan,” jelasnya.

 

Hal senada juga disampaikan Amiruudin Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Menurutnya, kedatangan Menteri Trenggono menjadi pencerahan bagi mahasiswa tentang kebijakan Ekonomi Biru dalam mengelola sumber daya kelautan.

 

“Kami sangat berterimakasih atas kehadiran Pak Menteri dalam kuliah ini,” ungkapnya.

 

Seperti diketahui, Pembangunan ekonomi biru masih menjadi fokus yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia pada sektor kemaritiman dan kelautan. Prinsip ekonomi biru dijalankan, karena fokusnya ingin mempertahankan kelestarian alam, namun tidak mengurangi pengembangan ekonomi. (SG-1)