Ekonomi

Bentuk Klaster, Desa Trangsan Jadi Sentra Industri Rotan Terbesar Kedua Nasional

Desa Trangsan kini diakui sebagai sentra industri penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua terbesar di Indonesia.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
22 Juli 2024
Desa Trangsan kini diakui sebagai sentra industri penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua terbesar di Indonesia. (Ist/BRI)

DESA Trangsan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), terkenal sebagai sentra industri rotan yang telah berdiri hampir satu abad. 

 

Sejak masa Ki Demang Wongsolaksono, pengolahan rotan menjadi produk rumahan yang bermanfaat telah menjadi tradisi turun-temurun di wilayah ini.

 

Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan anggota kelompok rotan Trangsan, Agung, menjelaskan bahwa aktivitas pengolahan rotan di desa ini merupakan warisan yang terus diteruskan ke generasi berikutnya. 

 

Baca juga: KUR BRI Bangkitkan Usaha Kayu Rotan Misriwati dari Krisis

 

Desa Trangsan kini diakui sebagai sentra industri penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua terbesar di Indonesia.

 

Namun, perjalanan industri rotan di Trangsan tidak selalu mulus. Pada tahun 2005, produksi rotan menurun drastis akibat lonjakan harga bahan baku di pasar internasional. 

 

Sebagai solusi, pemerintah Kabupaten Sukoharjo membentuk Klaster Rotan Trangsan untuk memenuhi kebutuhan pengrajin.

 

Saat ini, klaster ini memiliki lebih dari 200 anggota yang terus berupaya menjaga semangat dan produktivitas. 

 

"Terkadang ada beberapa anggota yang mengeluhkan soal dana dan semangat dalam berproduktivitas," kata Agung. 

 

Baca juga: Berkat Dukungan BRI dan Kerja Keras, Cokelat nDalem asal Yogya Sukses ‘Go Global’

 

"Makanya, kita sebagai pengurus mencoba mengusulkan ke pemerintah setempat untuk mengadakan pelatihan-pelatihan dan studi banding," jelasnya

 

Produk-produk yang dihasilkan dari bahan baku rotan sangat beragam, mulai dari bingkai cermin, kursi, meja, tas, tempat tidur, hingga tempat koran. 

 

Produk-produk ini tidak hanya dijual di pasar lokal tetapi juga diekspor ke berbagai negara di Amerika, Eropa, Asia, dan Australia, dengan produk mebel sebagai andalan utama ekspor.

 

"Dari berbagai produk yang dihasilkan, penjualan dilakukan ke pasar lokal dan pasar ekspor ke beberapa negara dari benua Amerika, Eropa, Asia hingga Australia,” paparnya. 

 

“Sementara untuk kerajinan yang diekspor ini kebanyakan merupakan produk mebel,” ujar Agung sebagaimana dilansir situs BRI, Sabtu (20/7).

 

Baca juga: BRI Bantu Klaster UMKM Kain Tuan Kentang di Palembang Naik Kelas

 

Omzet yang dihasilkan pun cukup signifikan. Dalam kondisi ramai, klaster ini mampu menjual 400-600 kontainer per bulan. 

 

Untuk mebel, nilai per kontainer bisa mencapai Rp 100 juta-150 juta, sementara untuk handicraft bisa mencapai Rp 400 juta per kontainer.

 

Program Klasterkuhidupku

 

Perkembangan klaster rotan di Desa Trangsan tak lepas dari bantuan BRI melalui program Klasterkuhidupku dan Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli. 

 

Selain memberikan pendanaan usaha, BRI juga menyalurkan bantuan peralatan usaha untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan klaster.

 

“Peralatan usaha ini sangat menunjang proses pengolahan rotan. Berbagai alat yang diberikan dibagikan ke beberapa pengrajin rotan yang juga anggota dari Klaster Rotan Trangsan,” jelas Agung.

 

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menyatakan bahwa program Klasterkuhidupku merupakan wadah yang dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis. 

 

Dengan pendampingan dan pemberdayaan, pelaku UMKM dapat mengembangkan produk dan memperluas usaha mereka.

 

“Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga berupa pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat tumbuh dan tangguh,” papar Supari. 

 

"Semoga kisah Klaster Rotan Trangsan dapat menjadi cerita inspiratif yang bisa ditiru oleh pelaku UMKM di daerah lain."

 

Dengan sejarah panjang dan dukungan berkelanjutan, Desa Trangsan terus menjadi pusat industri rotan yang berdaya saing tinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di pasar global. (SG-2)