SELAIN memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) juga memaparkan likuiditas perbankan memadai sejalan dengan implementasi bauran kebijakan BI, termasuk Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
“Likuiditas yang memadai serta efisiensi perbankan dalam pembentukan harga yang semakin baik sejalan dengan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Hal itu berdampak positif pada suku bunga perbankan yang tetap terjaga,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam pengumuman hasil RDG BI di Jakarta, Rabu (21/8), dalam siaran pers.
Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Juli 2024, lanjutnya, tercatat masing-masing sebesar 4,73% dan 9,23%. Besaran suku bunga kredit itu relatif stabil dibandingkan dengan level bulan sebelumnya.
Baca juga: BI-Rate Tetap 6,25% untuk Perkuat Stabilitas dan Jaga Pertumbuhan dari Dampak Global
RDG BI yang berlangsung pada 20-21 Agustus 2024 itu juga menyebutkan, pertumbuhan kredit pada Juli 2024 tetap kuat mencapai 12,40% (yoy).
Lebih lanjut, Perry mengatakan, perkembangan itu ditopang sisi penawaran, di mana minat penyaluran kredit tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Juli 2024 sebesar 7,72% (yoy), strategi realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, serta dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
“Untuk memperkuat pendanaan, perbankan juga mengoptimalkan sumber pendanaan selain dari DPK, antara lain melalui penerbitan surat-surat berharga dan pinjaman,” imbuhnya.
Baca juga: Bank Indonesia: Pertumbuhan Kredit Perbankan pada April 2024 Meningkat
Dari sisi permintaan, sambung Perry, juga mendukung pertumbuhan kredit bersumber dari permintaan korporasi sejalan dengan kinerja penjualan yang masih kuat. Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga masih tinggi terutama pada KPR.
Secara sektoral, pertumbuhan kredit yang tinggi terjadi pada mayoritas sektor ekonomi, terutama pada sektor industri, listrik, gas, dan air (LGA), serta pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, lanjut Perry, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 15,20% (yoy), 11,60% (yoy), dan 10,98% (yoy) pada Juli 2024.
Pembiayaan syariah dan kredit UMKM juga tumbuh masing-masing sebesar 11,75% (yoy) dan 5,16% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 diprakirakan berada pada batas atas kisaran 10-12%.
Ketahanan sistem keuangan terjaga baik. Likuiditas perbankan pada Juli 2024 tetap memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi sebesar 25,56%.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat tinggi sebesar 26,09% sehingga dapat menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit.
Risiko kredit bermasalah
Hasil RDG BI juga menyebutkan risiko kredit bermasalah perbankan (Non-Performing Loan/NPL) pada Juni 2024 terjaga rendah yakni 2,26% (bruto) dan 0,78% (neto).
Perry mengatakan ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan,” tambahnya.
Sementara itu, Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Juli 2024 tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Dari sisi nilai besar, transaksi BI-RTGS (Real-Time Gross Settlement) meningkat 15,36% (yoy) sehingga mencapai Rp15.450 triliun.
Dari sisi ritel, volume transaksi BI-FAST tumbuh 65,08% (yoy) mencapai 301,41 juta transaksi. Transaksi digital banking tercatat 1.845,27 juta transaksi atau tumbuh sebesar 30,50% (yoy), sementara transaksi Uang Elektronik (UE) tumbuh 22,61% (yoy) mencapai 1.272,35 juta transaksi.
Transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D turun 9,57% (yoy) menjadi 584,95 juta transaksi. Transaksi kartu kredit tumbuh 15,35% (yoy) mencapai 39,83 juta transaksi.
Transaksi QRIS terus tumbuh pesat 207,55% (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 51,43 juta dan jumlah merchant 33,21 juta. Sementara dari pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 9,45% (yoy) menjadi Rp1.041,02 triliun.
Stabilitas infrastruktur sistem pembayaran tetap terjaga, ditopang interkoneksi struktur industri yang makin luas. Dari sisi infrastruktur, kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga baik, aman, dan andal, didukung kondisi likuiditas dan operasional yang memadai.
Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk daerah Terdepan, Terluar, Terpencil (3T). (SG-1)