Editorial

Kenaikan Suku Bunga dan Tantangan Kredit UMKM di Tanah Air

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), sebagai pemimpin pasar kredit UMKM, mencatat porsi kredit UMKM sebesar 83,25% dari total kredit yang disalurkan. 

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
19 Juni 2024
Ilustrasi.  Kenaikan suku bunga membawa dampak signifikan terhadap kinerja kredit UMKM perbankan di Indonesia. (Ist/Freepik)

KENAIKAN suku bunga membawa dampak signifikan terhadap kinerja kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perbankan di Indonesia. 

 

Hal ini tercermin dari laporan beberapa bank besar di Tanah Air yang menunjukkan kenaikan nilai kredit UMKM seiring dengan peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) Gross.

 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), sebagai pemimpin pasar kredit UMKM, mencatat porsi kredit UMKM sebesar 83,25% dari total kredit yang disalurkan. 

 

Baca juga: Kenapa Perbankan Menolak Pengajuan Kredit dari Pelaku UMKM ?

 

Nilai ini tumbuh 10,89% secara tahunan, mencapai Rp 1.089,41 triliun pada Maret 2024. 

 

Namun, kenaikan ini diikuti oleh peningkatan rasio kredit bermasalah yang mencapai 3,27% pada periode yang sama. 

 

Peningkatan NPL ini menunjukkan tantangan yang dihadapi BRI dalam menjaga kualitas portofolio kreditnya di tengah kenaikan suku bunga.

 

Strategi BRI untuk terus mendorong pertumbuhan kredit UMKM hingga mencapai porsi 85% patut diapresiasi. 

 

Namun, peningkatan rasio NPL mengindikasikan perlunya evaluasi lebih mendalam terhadap strategi penyaluran kredit, khususnya dalam menyasar segmen ultra mikro.

 

Baca juga: Tips Pelaku UMKM untuk Mendapatkan Pembiayaan 

 

Sinergi dengan entitas lain seperti Pegadaian dan PMN menunjukkan langkah inovatif, namun tetap perlu pengawasan ketat untuk memastikan kualitas kredit tetap terjaga.

 

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat peningkatan kredit UMKM sebesar 12,1% secara tahunan, mencapai Rp 117,7 triliun pada Maret 2024. 

 

Meskipun porsi kredit UMKM BCA masih di bawah target pemerintah sebesar 30%, upaya mereka dalam mengadakan program-program khusus seperti Bakti BCA dan kerja sama dengan Kemenkop UKM menunjukkan komitmen untuk mendukung sektor ini.

 

Namun, kenaikan NPL BCA menjadi 1,9% menandakan adanya risiko yang perlu diantisipasi.

 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 109,9 triliun pada Maret 2024, mengalami penurunan sekitar 8,4% dibandingkan tahun sebelumnya. 

 

Meskipun demikian, penurunan rasio NPL menjadi 2,0% menunjukkan upaya BNI dalam memperbaiki kualitas kreditnya. 

 

Namun, penurunan nilai penyaluran kredit menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas strategi BNI dalam mendukung UMKM di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

 

Kenaikan suku bunga jelas menambah tekanan pada sektor UMKM dan perbankan yang menyalurkan kredit kepada mereka.

 

Baca juga: BSI Dorong Pembiayaan UMKM sebagai Tulang Punggung Ekonomi Nasional

 

Bank-bank besar di Indonesia harus terus berinovasi dan mencari solusi untuk menyeimbangkan pertumbuhan kredit dengan pengelolaan risiko yang lebih baik. 

 

Program-program pendukung UMKM perlu diperluas dan diperkuat untuk memastikan keberlanjutan dan kesehatan sektor ini.

 

Pada akhirnya, keberhasilan perbankan dalam mendukung UMKM tidak hanya diukur dari besarnya penyaluran kredit, tetapi juga dari kemampuan mereka menjaga kualitas kredit dan membantu UMKM bertahan dan berkembang di tengah tantangan ekonomi yang ada. 

 

Dengan komitmen dan strategi yang tepat, perbankan dapat memainkan peran kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. (SG-2)