PELEMAHAN nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi kantong-kantong warga Indonesia.
Seiring dengan terus merosotnya nilai tukar, yang kini telah menembus angka Rp16.200 per dolar AS, masyarakat Indonesia harus siap menghadapi berbagai dampak yang mungkin timbul.
Analisis dari sejumlah ekonom senior mengungkapkan bahwa penguatan dolar belakangan ini terpicu oleh sentimen negatif dari pelaku pasar keuangan, yang semakin memanasnya tensi perang di Timur Tengah.
Baca juga: Pemerintah Tetap Waspadai Potensi Dampak Gejolak Geopolitik di Kawasan Timur Tengah
Serangan rudal Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) lalu telah menambah ketidakpastian, mendorong investor untuk mencari perlindungan dan menarik dana dari pasar-pasar emerging, termasuk Indonesia.
Akibatnya, terjadi arus keluar modal yang signifikan, memperlemah nilai tukar rupiah.
Ekonom senior dan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, mengemukakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah ini akan membawa konsekuensi serius, terutama dalam hal inflasi.
Barang-barang yang bergantung pada impor untuk bahan baku produksinya akan terkena dampak yang signifikan. Ditambah lagi dengan kenaikan harga minyak mentah dan biaya logistik akibat gangguan perdagangan di Timur Tengah akibat perang.
Kondisi ini tidak hanya akan berdampak pada sektor impor, namun juga akan merembet ke harga-harga barang di dalam negeri.
Di sisi lain, ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, menyoroti bahwa Indonesia sebagai negara net importir minyak akan mengalami tekanan besar.
Baca juga: Pantau Gejolak Geopolitik di Timur Tengah, Pemerintah Siapkan Skenario Mitigasi
Dampaknya tidak hanya terbatas pada inflasi, namun juga akan mempengaruhi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dengan meningkatnya beban subsidi energi.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman, menambahkan bahwa industri makanan dan minuman di Indonesia sangat rentan terhadap kenaikan harga bahan baku impor.
Hal ini akan berimbas pada kenaikan harga pokok produksi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga jual dan daya beli masyarakat.
Dengan kondisi ini, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Ketersediaan pangan, terutama beras dan produk pertanian lainnya, harus menjadi perhatian utama.
Baca juga: Konflik Iran-Israel, DPR RI Minta Pemerintah Waspadai Kenaikan Harga Minyak
Selain itu, industri harus terus berupaya mencari alternatif bahan baku dan menjaga kelancaran rantai pasok.
Kita harus bersiap menghadapi tantangan yang mengintai akibat pelemahan nilai tukar rupiah ini.
Langkah-langkah preventif dan kebijakan yang tepat diperlukan untuk melindungi kestabilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. (SG-2)