SOKOGURU - Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) kembali menjatuhkan hukuman tegas kepada Persib Bandung.
Sanksi tersebut bukan muncul tanpa alasan. Berdasarkan sidang Komite Disiplin dan Etik AFC pada 21 Agustus 2025.
Persib dinyatakan melanggar sejumlah aturan saat tampil di ajang AFC Champions League Two (ACL 2) musim lalu, tepatnya ketika menghadapi Port FC.
Dalam putusannya, AFC menilai Persib gagal menjalankan tanggung jawab sebagai klub peserta. Alhasil, Maung Bandung dijatuhi sanksi berupa denda 5.000 USD atau sekitar Rp81 juta.
"Persib Bandung (IDN) diwajibkan membayar denda sebesar USD5.000/- atas pelanggaran Pasal 104.1 Kode Disiplin dan Etik AFC," bunyi pernyataan resmi AFC dari situs resminya.
"Denda tersebut akan dibayarkan dalam waktu 30 hari sejak tanggal putusan ini disampaikan sesuai dengan Pasal 11.3 Kode Disiplin dan Etik AFC," lanjut pernyataan itu.
Baca Juga:
Namun, denda tersebut hanyalah awal. Berdasarkan laporan resmi AFC, skuad asuhan Bojan Hodak dinyatakan melanggar Pasal 65, 64, dan 104 dalam Kode Etik dan Disiplin.
Berikut rincian pelanggaran yang menyeret nama Persib Bandung:
Seorang penonton dari pihak Persib melakukan hinaan kepada pemain maupun ofisial yang terlibat dalam laga.
Sebagai tuan rumah, Persib dianggap gagal menjaga keamanan karena ada penonton tanpa akreditasi resmi yang justru bisa masuk ke area terlarang dengan pengawalan petugas.
Baca Juga:
Klub dinilai tidak bekerja sama penuh dengan pihak AFC.
Dari pelanggaran tersebut, AFC menjatuhkan hukuman tambahan. Persib Bandung harus membayar total 12.000 USD atau setara Rp195 juta.
Rinciannya sebagai berikut:
Denda 2.000 USD untuk pelanggaran Pasal 65.1.
Denda 5.000 USD untuk pelanggaran Pasal 64.1.
Denda 5.000 USD untuk pelanggaran Pasal 104.1.
Dengan begitu, total sanksi yang wajib dibayarkan Persib Bandung mencapai lebih dari Rp276 juta.
Tekanan Tambahan Jelang Super League
Hukuman ini tentu jadi pukulan telak bagi Persib Bandung. Di tengah persiapan menghadapi PSIM Yogyakarta, Maung Bandung harus berurusan dengan denda besar dari AFC.
Tekanan semakin berat, sebab publik menuntut performa maksimal di kancah Super League 2025-2026 sekaligus menjaga marwah Indonesia di pentas Asia. (*)