SOKOGURU, Jakarta- Pemerintah bersama lebih dari 100 asosiasi pelaku usaha melakukan rapat koordinasi untuk menyikapi kebijakan tarif resiprokal yang dikenakan Presiden AS, Donald Trump untuk Indonesia.
Mengikuti langkah yang diambil hampir semua negara ASEAN, Indonesia juga mengambil jalur negosiasi dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS.
Untuk itu pemerintah berdasarkan masukan dari ratusan pelaku usaha akan menyusun paket negosiasi tersebut.
Dalam pertemuan tersebut Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) melaporkan sektor utama yang paling terkena dampak yaitu Food and Apparel serta persepatuan (alas kaki) yang menjadi andalan ekspor Indonesia.
Demikian disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung lewat kanal YouTube, Senin (7/4).
Turut mendampingi Menko Airlangga adalah Menteri Perdagangan, Wakil Menteri Perindustrian, Wakil Menteri Luar Negeri, Wakil Menteri Keuangan Kemudian dari US AMCAM Kemudian US ASEAN, Ketua Umum Apindo dan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Di hadapan para wartawan, Menteri Airlangga mengatakan sebetulnya pengenaan tarif resiprokal terhadap negara-negara ASEAN juga relatif lebih tinggi dari Indonesia.
“Apakah itu Vietnam (46%), Kamboja, kemudian juga Thailand. Yang lebih rendah dari kita adalah Malaysia, kemudian Filipina, dan Singapura,” ujarnya.
Seperti diketahui, kebijakan Trump itu dituangkan dalam International Emergency Economy Power Act dan juga National Emergency Act mulai 5 April Amerika menerapkan 10%. Dan mulai 9 April mendatang yang hanya dalam tiga hari dari sekarang ada tambahan resiprokal di mana Indonesia dikenakan 32%.
Baca juga: Di Malaysia, Presiden Prabowo dan PM Anwar Bahas Tarif AS dan Krisis Myanmar
“Tadi suara dari Apindo, kompetitor kita di sektor yang terkena dampak tadi adalah Cina (Tiongkok), Bangladesh, Vietnam, Kamboja, Itu biar masuknya di atas kita Jadi itu juga menjadi pertimbangan shifting produk. Itu juga kita perhatikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Menko Ekonomi menyatakan, untuk pasar (market) produk-produk yang besar di Amerika itu, kedutaan besar di Indonesia sudah melakukan komunikasi dengan United State Trade Representative (USTR) dan tentunya dalam waktu dekat USTR menunggu proposal konkrit dari Indonesia.
“Hari ini kami selalu berkomunikasi dengan Bapak Presiden Prabowo, sudah minggu lalu saat diumumkan Donald Trump Kemudian sehari sebelum saya bertemu dengan Perdana Menteri Anwar Ibrahim Sudah berkomunikasi juga, dan kemarin Bapak Presiden juga bertemu Anwar Ibrahim. Hari ini juga laporannya ditunggu,” imbuh Airlangga.
Laporan yang dimaksud adalah hasil koordinasi hari ini, setelah itu akan memberikan masukan dan beberapa kesepakatan kepada AS sebagai respon dari Indonesia.
Baca juga: Pemerhati UMKM Unpar: Dampak Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Pasti Merembet ke UKM
Lebih lanjut, Airlangga memaparkan, ia juga telah melakukan komunikasi dengan wakil PM Singapura. Kamboja dan yang anggota negara ASEAN lain untuk mengkalibrasi sikap bersama ASEAN.
“Pemimpin atau Menteri Perdagangan ASEAN akan bertemu pada 10 April mendatang. Pak Mendag mungkin akan hadir di sana. ASEAN akan mengutamakan negosiasi, jadi ASEAN tidak mengambil angka retaliasi. Indonesia dan Malaysia akan mendorong Trade Investment TIFA,” jelas Menko Airlangga.
TIFA sendiri, sambungnya, secara bilateral ditandatangan pada 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi. Dalam pertemuan nanti, menurut Airlangga, Negara-Negara ASEAN akan mendorong Berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait retaliasi, Airlangga menjawab . hampir semua negara ASEAN tidak retaliasi. Vietnam sudah menurunkan semua tarifnya ke 0, kemudian Malaysia juga akan mengambil jalur negosiasi.
“Demikian pula Kamboja dan Thailand Jadi kita mengambil jalur yang sama Kita akan mengambil jalur negosiasi Jadi jalurnya yang kita samakan Kemudian mekanisme TIFA yang kita samakan Jadi ada beberapa yang sedang dikaji,” tambahnya.
Pertama, sebetulnya import tarif Indonesia terhadap produk yang diimport Amerika Relatif rendah 5%, bahkan untuk wheat (gandum) maupun soya bean (kedelai) itu sudah 0.
“Nah, tentu kita akan lihat terkait PPH dan PPN impor. Kemudian yang lain tentu kita meningkatkan jumlah volume beli, sehingga trade deficit yang Rp18 triliun itu bisa dikurangkan.”
Contohnya, ambil yang top 10 Indonesia import dan top 10 Indonesia ekspor. Kalau ekspor Indonesia kan elektronik, sepatu. Tetapi kan kita tahu bahwa komponen yang Amerika butuhkan Itu tidak diperlakukan Contohnya semikonduktor kemudian furniture produk dari kayu, juga tembaga, dan emas. (Ros/SG-1)