Soko Bisnis

IFEX 2025 Digelar, Pelaku Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Optimistis Bisa Tembus Pasar Global

Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyampaikan salah satu tusi yang ada di Kementerian Perdagangan yaitu mendorong UMKM di Indonesia agar bisa ekspor.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 Maret 2025

Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti bersama Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza membuka Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta, Kamis (6 /3). (Dok.Kemendag)

SOKOGURU, Jakarta- Ekspor industri mebel lokal diyakini bisa mencapai angka USD5 miliar di akhir 2030. Hal itu juga menjadi komitmen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) bersama Dyandra Promosindo untuk memperluas pangsa pasar agar dapat bersaing di pasar global

Hal itu disampaikan Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, saat mendampingi Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta, Kamis (6/3).

“Gelaran IFEX 2025 ini mencerminkan tekad dari para pelaku industri mebel dan kerajinan dalam menunjukkan kecintaan mereka terhadap Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenperin.

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengapresiasi HIMKI sebagai asosiasi industri furnitur dan kerajinan, yang terus bersinergi dengan pemerintah dan asosiasi lainnya dalam melakukan upaya-upaya yang membawa efek positif terhadap industri furnitur indonesia, sehingga pasarnya bisa terus berkembang.

Baca juga: HIMKI Gelar Ifex 2025, Dorong Pertumbuhan Ekspor Furnitur dan Kerajinan ke Pasar Global

“Industri furnitur dan kerajinan nasional terus mencatatkan pertumbuhan di tengah kondisi ketidakpastian global. Meskipun dihadapi beberapa tantangan, salah satu sub sektor industri agro tersebut menunjukkan angka pertumbuhan terhadap kontribusi perekonomian nasional melalui nilai ekspor dan upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Pada 2024, jelas Faisol, Industri furnitur mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,07%. Capaian positif itu turut mendongkrak pertumbuhan sektor industri agro yang menyentuh angka 5,20 %. 

Industri agro mampu memberikan andil hingga 51,81% terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Berdasarkan data Expert Market Research, pangsa pasar industri furnitur global sebesar USD660 miliar dan diproyeksikan akan terus tumbuh hingga 4,9% pada periode 2025 hingga 2034.

Dalam sambutannya, Wamenperin juga menyampaikan, pihaknya  bersama Kementerian Perdagangan berkomitmen penuh untuk bekerja dan melakukan langkah-langkah strategis, terutama untuk para pelaku industri furnitur di Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menyampaikan salah satu tusi yang ada di Kementerian Perdagangan yaitu mendorong UMKM di Indonesia agar bisa ekspor. Industri furnitur memiliki nilai ekspor sebesar USD2,4 miliar pada tahun 2024.

Wamendag berharap, dengan kualitas produk furnitur anak bangsa bisa semakin dikenal di dunia dan makin diminati oleh pembeli internasional.

Dyah menambahkan, kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan nilai transaksi yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Kemendag siap bekerja sama untuk hulu dan hilirnya, seperti dengan Kementerian Perindustrian mengenai bagaimana Indonesia dapat mendorong nilai ekspor ke depannya.

 

 

Penyelenggaraan IFEX dilaksanakan setiap tahun dan tahun ini merupakan gelaran yang ke-10. Pameran tahun ini akan menghubungkan pelaku usaha Indonesia dengan lebih dari 12.000 buyers internasional.

Pada gelaran sebelumnya, IFEX menghadirkan sebanyak 13.370 pengunjung yang berasal dari 117 negara. Beberapa di antaranya adalah Australia, Tiongkok, Amerika Serikat, India, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab dan sejumlah negara di kawasan Eropa. IFEX 2024 berhasil mencatatkan transaksi di lokasi sebesar USD300 juta.

Melihat angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari mencapai nilai 53,15, sejalan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia sebesar 53,6, keduanya berada pada level ekspansi. 

Wamenperin menyampaikan pelaku industri dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk pasar dalam negeri agar tumbuh lebih baik dan semakin berdaya saing.

Apalagi, adanya tren permintaan furnitur saat ini seperti furnitur ramah lingkungan, terintegrasi dengan teknologi (smart features), desain multifungsional, modular hingga customized, mendorong pengusaha industri furnitur dan kerajinan untuk berinovasi melibatkan teknologi dalam proses manufakturnya.

“Contohnya seperti peningkatan penggunaan teknologi 4.0 pada metode pemasaran seperti Augmented Reality (AR) yang dapat mempermudah belanja furnitur secara online. Kemudian dari sisi produksi, teknologi 3D Printing juga semakin banyak digunakan untuk mempermudah proses desain dan mengurangi biaya produksi,” imbuhnya.

Dalam rangka upaya penguasaan pasar serta menanggapi tren industri furnitur, Kemenperin menyusun berbagai strategi yang berfokus pada fasilitasi ketersediaan bahan baku dengan berkoordinasi bersama kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki rantai pasok bahan baku industri furnitur melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur.

Kemudian, Kemenperin berfokus pada fasilitasi ketersediaan SDM terampil dengan mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar dengan mengikutsertakan pelaku industri dalam pameran furnitur internasional. 

Selain itu, Kemenperin juga fokus pada fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.

Selain kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, antara lain melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan (tax allowance, tax holiday, super deduction tax), preferensi tarif, ketentuan larangan dan pembatasan (lartas), serta kemudahan prosedur ekspor produk jadi dan impor bahan baku.

Wamenperin Faisol mengatakan seluruh pelaku industri furnitur harus mampu terus berinovasi dalam hal desain furnitur, menggunakan bahan baku dan bahan penolong ramah lingkungan, menerapkan teknologi yang lebih efisien, menerapkan konsep circular economy, sehingga dapat menghasilkan produk furnitur yang inovatif, berbasis eco-design, dan marketable.

“Dengan upaya maksimal dari seluruh pelaku industri dan dukungan dari stakeholders terkait, saya optimis kita akan bisa meningkatkan produktivitas industri furnitur, meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan pasar di dalam maupun luar negeri,” tegas Wamenperin.

Di sisi lain, Presiden Direktur Dyandra Promosindo, Daswar Marpaung, menyampaikan, lebih dari 500 peserta pameran membawa sebanyak 3.000 produk unggulan yang terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi khas Indonesia seperti kayu, bambu, kulit, dan rotan. 

IFEX 2025 diharapkan dapat membuka peluang bagi pengrajin lokal Indonesia untuk menjaring dan memperluas pasar mereka.

"Kami berharap IFEX 2025 tidak hanya menjadi momentum penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menjadi wadah efektif bagi para pengrajin lokal untuk meningkatkan daya saing produk-produknya di pasar global,” pungkas Daswar.

Secara terpisah, saat ditemui Sokoguru, Ketua Tim Pengembangan Sumber Daya  Industri Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Sinta Rohani mengatakan pihaknya juga mengirim UMKM furnitur binaan Disdagin ke pameran IFEX 2025. (SG-1)