SOKOGURU- Kenaikan harga emas jadi sorotan dunia finansial, kini kabar kenaikan harga emas dunia kembali menyedot perhatian pelaku pasar dan masyarakat luas.
Dalam empat hari berturut-turut, harga emas tercatat melesat ke level tertinggi dalam lima pekan terakhir.
Tren positif ini dipicu oleh kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik yang sedang berlangsung, termasuk rilis data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari ekspektasi pasar, serta memanasnya situasi politik di kawasan Timur Tengah.
Sementara investor global terus mencari aset safe haven, logam mulia kembali menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga:
Berdasarkan data perdagangan terbaru, harga emas dunia pada Kamis, 12 Juni 2025, ditutup menguat 0,53% menjadi US$3.383,4 per troy ons di pasar spot.
Ini merupakan pencapaian tertinggi sejak 6 Mei lalu, atau lebih dari lima minggu terakhir.
Dengan kenaikan ini, harga emas tercatat telah mengalami penguatan selama empat hari beruntun, dengan akumulasi kenaikan mencapai 2,16%.
Pendorong utama kenaikan ini adalah data inflasi produsen AS yang diumumkan oleh US Bureau of Labor Statistics.
Pada Mei 2025, inflasi produsen tercatat hanya sebesar 0,1% month-to-month (mtm), turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,2% mtm dan juga lebih rendah dari ekspektasi pasar di 0,2% mtm.
Sementara itu, inflasi inti di tingkat produsen juga turun ke 0,1%, jauh dari perkiraan pasar sebesar 0,3%.
Secara tahunan, inflasi produsen berada di angka 2,6% year-on-year (yoy), sesuai ekspektasi pasar. Inflasi inti tahunan pun tercatat 3% yoy, lebih rendah dibanding April yang mencapai 3,2% dan perkiraan analis sebesar 3,1%.
Data ini memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) memiliki ruang lebih longgar untuk mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Dalam konteks ini, emas sebagai aset non-yielding (tidak memberikan imbal hasil) menjadi semakin menarik.
Dalam kondisi suku bunga rendah atau bahkan menurun, investasi emas menjadi lebih kompetitif dibandingkan aset lainnya.
Tak hanya faktor ekonomi, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut berkontribusi terhadap reli harga emas.
Pemerintah AS dikabarkan telah memerintahkan staf Kedutaan Besar di Baghdad, Irak, untuk meninggalkan wilayah tersebut menyusul ancaman Iran terhadap aset properti AS.
Situasi ini menambah kekhawatiran pasar dan mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Analisis teknikal juga menunjukkan bahwa harga emas saat ini berada dalam tren bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) tercatat di level 58, yang mengindikasikan kekuatan tren naik.
Baca Juga:
Namun, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 94, yang tergolong dalam zona overbought (jenuh beli).
Ini mengisyaratkan kemungkinan koreksi harga dalam waktu dekat akibat aksi ambil untung oleh investor.
Jika tekanan jual terjadi, harga emas diperkirakan akan menguji level support di US$3.348/troy ons (Moving Average 10 hari), dan jika level tersebut tertembus, target berikutnya adalah US$3.325/troy ons (Moving Average 20 hari).
Sementara itu, jika momentum penguatan berlanjut, level resistance terdekat berada di US$3.389/troy ons, dan penembusan pada level ini bisa mendorong harga menuju US$3.422/troy ons.
Kondisi ekonomi global yang belum stabil, prospek penurunan suku bunga The Fed, serta konflik geopolitik yang terus bergejolak menjadikan emas sebagai salah satu aset yang paling banyak diminati.
Meski ada potensi koreksi jangka pendek karena faktor teknikal, harga emas masih berpeluang mempertahankan trennya di tengah dominasi sentimen positif.
Pelaku pasar akan terus memantau data ekonomi lanjutan dan perkembangan geopolitik untuk mengambil keputusan investasi selanjutnya.(*)