SOKOGURU, OSAKA- Ambil bagian dalam World Expo 2025 Osaka, Bank Indonesia (BI) sukses menyelenggarakan Forum Bisnis bertajuk Sustainable Lifestyle and Products: Indonesia's Commitment to a Green and Ethical Future, di Osaka Jepang, Selasa 13 Mei 2025.
Kesuksesan forum tersebut terlihat dari berhasilnya UMKM binaan BI mencatatkan penandatanganan empat nota kesepahaman dengan total nilai mencapai Rp7,8 miliar.
Pada pembukaan forum tersebut, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menegaskan, komitmen BI untuk memperluas akses pasar UMKM Indonesia dengan membangun ekosistem halal yang kuat, berbasis inovasi dan keberlanjutan.
Baca juga: BI: Dukung Kemajuan Eksyar dengan Penguatan Strategi Pendalaman Pasar Keuangan Syariah
“Kami percaya inisiatif ini akan membuka jalur baru bagi UMKM Indonesia, memperkenalkan alternatif ke pasar Jepang, dan memberikan umpan balik berharga untuk memperkuat daya saing produk", jelasnya dalam siaran resmi Bank Indonesia, Rabu, 14 Mei.
Acara tersebut merupakan rangkaian Bank Indonesia Special Week dalam World Expo 2025 Osaka.
Menurut Destry, kegiatan itu menjadi momentum strategis untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri halal dan berkelanjutan di tingkat global, serta mendorong kolaborasi internasional untuk pengembangan produk halal yang ramah lingkungan dan bernilai tinggi.
Baca juga: Bank Indonesia Sebut Kredit Perbankan Tetap Tinggi untuk Dukung Upaya Pertumbuhan Ekonomi
Lebih lanjut, ia memaparkan kesepakatan empat nota kesepahaman tersebut meliputi, pertama, Aranaspice dan Koh Juku untuk komoditas kakao senilai Rp4,25 miliar. Kedua, Wastraloka dan Stoneman Co. Ltd untuk produk fashion senilai Rp1,17 miliar.
Ketiga, Agung Bali dan Kawabe Naomitsu untuk home décor senilai Rp288 juta. Dan Keempat, Joglo Ayu Tenan dengan Alyssa untuk produk aksesoris senilai Rp100 juta.
Selain itu, lanjut Destry, pada kesempatan tersebut dilakukan juga pembukaan kantor representatif Sila Tea di Jepang untuk memperluas jangkauan pasar teh artisan Indonesia di kancah internasional dengan investasi dan transaksi senilai Rp20 miliar.
Baca juga: Bank Indonesia Gandeng Otoritas Jasa Keuangan Luncurkan Central Counterparty
Pada acara tersebut turut hadir Duta Besar Indonesia untuk Jepang, H.E. Heri Akhmadi. Ia menegaskan kesiapan Indonesia menjadi mitra strategis Jepang dalam memperkuat rantai nilai halal dan produk berkelanjutan global.
Selain diadakan diskusi panel bertajuk Scaling Halal Lifestyle and Sustainable Products: Unlocking Opportunities in the Global Market yang mengangkat studi kasus kolaborasi teknologi Jepang dengan produk UMKM Indonesia.
Forum itu dilanjutkan dengan sesi business matching yang diikuti 10 calon buyer internasional dari negara Jepang dan sekitarnya dengan 30 UMKM binaan BI.
BI turut mempromosikan produk-produk dari 52 UMKM binaan BI termasuk anggota Industri Kreatif Syariah (IKRA) Indonesia.
Partisipasi BI dalam Paviliun Indonesia tidak hanya sebagai bagian dari upaya meningkatkan eksistensi produk UMKM Indonesia di pasar global, namun sekaligus juga upaya penguatan halal value chain.
Kolaborasi lintas sektor
Sehari sebelumnya,pada pembukaan Business Forum Bank Indonesia bertajuk Sustainable Growth through Connectivity: Unlocking Indonesia's Green Investment Opportunities, Destry menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendukung transformasi ekonomi tangguh dan ramah lingkungan.
“Bank Indonesia mendukung pengembangan ekosistem keuangan hijau dan sistem pembayaran digital yang inklusif, termasuk pemberdayaan UMKM. Kami percaya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang kuat adalah fondasi penting bagi keberhasilan transformasi struktural," ujarnya.
Dalam forum yang mempertemukan 70 peserta dari berbagai sektor strategis ini, Deputi Destry juga menyoroti pentingnya sinergi dalam kerangka kerja sama green financing, digital economy, dan local currency transaction yang terus diperkuat bersama mitra Jepang, serta mempromosikan 10 proyek unggulan di Indonesia.
Paviliun Indonesia di World Expo 2025 Osaka menggelar forum bisnis untuk membuka peluang investasi antar pelaku usaha, pemangku kebijakan, dan mitra internasional dari Jepang. (SG-1)