SOKOGURU - Ramadan selalu identik dengan tradisi berbuka puasa yang penuh kehangatan. Di Indonesia, pasar takjil menjadi tempat favorit masyarakat untuk berburu hidangan pembuka sebelum menyantap hidangan utama. Namun, belakangan ini, persaingan antara takjil tradisional seperti kolak dan gorengan dengan takjil kekinian seperti dessert box kurma dan es boba kurma semakin menarik perhatian. Lantas, mana yang lebih laris di pasar Ramadan?
Takjil tradisional sudah mengakar dalam budaya masyarakat. Kolak pisang, biji salak, es campur, hingga gorengan seperti bakwan dan risoles selalu menjadi primadona. Rasanya yang manis dan gurih memberikan sensasi kenyang sekaligus mengembalikan energi setelah seharian berpuasa. Selain itu, harga yang terjangkau membuatnya tetap menjadi pilihan utama masyarakat dari berbagai kalangan.
Di sisi lain, munculnya takjil kekinian menawarkan inovasi rasa dan tampilan yang lebih modern. Dessert box kurma, misalnya, menggabungkan cita rasa khas kurma dengan tekstur lembut dari whipped cream dan biskuit. Sementara itu, es boba kurma menghadirkan kombinasi segar antara susu, boba kenyal, dan rasa manis alami kurma yang semakin digemari anak muda.
Tren media sosial turut berperan dalam meningkatkan popularitas takjil kekinian. Foto dan video makanan estetik yang dibagikan di platform seperti Instagram dan TikTok membuat takjil modern lebih menarik di mata generasi milenial dan Gen Z. Mereka cenderung penasaran untuk mencoba sesuatu yang baru, terlebih jika tampilannya Instagrammable dan bisa diunggah di media sosial.
BACA JUGA: Bantu UMKM Disabilitas Capai Pasar Global, Kemenekraf Sebut Perlu Buat Pameran Khusus
Namun, takjil tradisional masih memiliki tempat khusus di hati masyarakat. Kolak pisang, misalnya, dianggap memiliki nilai nostalgia karena mengingatkan pada masa kecil dan kebersamaan keluarga. Gorengan pun tetap tak tergantikan, karena teksturnya yang renyah sangat cocok untuk menemani teh manis hangat saat berbuka.
Dari segi harga, takjil tradisional jelas lebih ramah di kantong. Sebungkus kolak atau beberapa potong gorengan bisa dibeli dengan harga kurang dari Rp10 ribu, sementara dessert box kurma dan es boba kurma biasanya dijual dengan harga Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. Hal ini membuat takjil kekinian lebih segmented, terutama untuk kalangan yang mencari pengalaman rasa baru.
Meski begitu, keberadaan takjil kekinian tidak menggeser dominasi takjil tradisional, melainkan melengkapi pilihan di pasar Ramadan. Konsumen memiliki preferensi yang berbeda: ada yang tetap setia pada hidangan klasik, sementara yang lain senang bereksperimen dengan rasa baru.
Ke depan, pasar takjil Ramadan kemungkinan akan terus berkembang dengan inovasi-inovasi baru. Bisa jadi, akan ada perpaduan antara takjil tradisional dan modern, seperti kolak dengan topping boba atau gorengan dengan saus keju dan kurma. Kreativitas dalam kuliner akan terus menarik perhatian konsumen.
Pada akhirnya, baik takjil tradisional maupun kekinian memiliki keunggulan masing-masing. Popularitasnya di pasar Ramadan sangat bergantung pada preferensi konsumen, daya beli, serta tren yang berkembang. Yang pasti, keberagaman takjil menjadikan bulan Ramadan semakin meriah dan penuh warna. (*)