Soko Berita

Riset Sawit Tidak Boleh Mandek: BPDP Dorong Inovasi Tepat Sasaran Lewat Kemitraan Industri

BPDP tegaskan komitmen jaga keberlanjutan industri sawit di TPOMI 2025 Bandung. Fokus integrasi hulu-hilir, program PSR, dan dukungan riset sawit Indones.

By Cikal Sundana  | Sokoguru.Id
10 Juli 2025
<p>Direktur Penyaluran Dana BPDP, Mohammad Alfansyah, memaparkan strategi keberlanjutan industri sawit nasional melalui program hilirisasi dan riset dalam ajang TPOMI 2025 di Bandung.</p>

<p> </p>

Direktur Penyaluran Dana BPDP, Mohammad Alfansyah, memaparkan strategi keberlanjutan industri sawit nasional melalui program hilirisasi dan riset dalam ajang TPOMI 2025 di Bandung.

 

SOKOGURU - Dalam ajang 3rd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) 2025 yang digelar di Bandung, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menegaskan komitmennya menjaga keberlanjutan industri kelapa sawit nasional. 

Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir BPDPKS, Mohammad Alfansyah, menekankan pentingnya kesinambungan antara sektor hulu dan hilir melalui pemanfaatan dana pungutan ekspor secara optimal.

Menurut Alfansyah, Indonesia saat ini masih menduduki posisi teratas sebagai produsen minyak sawit dunia, berkontribusi hingga 59 persen terhadap produksi global. 

“Jauh di atas negara-negara lain. Karenanya, mau tidak mau marketnya hidup, harga mungkin akan mengekor, dunia pasti akan mengekor, termasuk Malaysia,” jelasnya saat pemaparan.

Meskipun unggul secara produksi, industri sawit Indonesia tetap menghadapi sejumlah tantangan serius, seperti kampanye negatif global dan isu keberlanjutan penggunaan lahan. 

Untuk itu, pemerintah terus mendorong konsumsi domestik guna menstabilkan permintaan. 

Salah satu upaya nyata adalah dengan memperluas penggunaan sawit dalam program biodiesel nasional.

Alfansyah juga menyampaikan bahwa dana pungutan ekspor dialokasikan untuk program strategis, khususnya Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). 

Ia menegaskan bahwa kegiatan replanting merupakan hal krusial yang harus dilakukan setiap tahun agar produktivitas kebun tidak menurun. 

“Yang paling penting adalah untuk pembiayaan PSR,” katanya.

Sejak 2023, BPDP telah menyalurkan dana PSR untuk lebih dari 20.000 hektar, di mana 2.404 hektar di antaranya merupakan hasil program kemitraan. 

Skema ini mendapat respons positif dari petani karena kemudahan akses dan pendampingan dari perusahaan mitra. 

“Melalui program kemitraan usaha, ternyata respon petani cukup bagus,” tambah Alfansyah.

Selain fokus pada peremajaan kebun, BPDP juga mendukung pengembangan sarana dan prasarana pertanian sawit. 

Hingga kini, dana senilai lebih dari Rp129 miliar telah disalurkan ke 12 provinsi, terutama kepada petani kecil berdasarkan rekomendasi Ditjen Perkebunan. 

Ini menjadi wujud nyata keberpihakan BPDP terhadap petani sawit skala kecil.

Di sektor riset dan pengembangan, BPDP terus mendorong inovasi yang sesuai kebutuhan industri hilir sawit. 

Total 406 kontrak penelitian telah dijalin bersama 96 lembaga litbang. Namun, Alfansyah mengingatkan pentingnya arah riset yang sesuai kebutuhan pasar. 

“Jangan sampai 406 kontrak yang kami hasilkan hanya terkumpul di perpustakaan,” ujarnya.

Arfie Thahar, Kepala Divisi Riset BPDP, menjelaskan bahwa seleksi proposal riset biasanya dilakukan di awal tahun dan berlangsung selama delapan bulan. 

Riset yang didanai meliputi tujuh bidang, antara lain bioenergi, biomaterial, pangan, kesehatan, budidaya, lingkungan, dan sosial ekonomi. 

Tahun ini, fokus riset difokuskan pada teknologi murah dan efektif untuk bioenergi serta budidaya tanaman sawit tahan kekeringan dan ganoderma.

Sebagai bentuk komitmen pengembangan sumber daya manusia, BPDP juga memberikan beasiswa penuh kepada lebih dari 5.000 mahasiswa. 

“Uang hidup dan uang buku. Kegiatan-kegiatan kampus full di-support sampai wisuda,” terang Alfansyah. 

Ini membuktikan bahwa dukungan BPDP bukan hanya bersifat material, tetapi juga menciptakan talenta masa depan untuk industri sawit.

Alfansyah menutup keterangannya dengan menegaskan pentingnya keseimbangan antara hulu dan hilir industri sawit. 

“Jangan sampai terlena masalah hilirisasi tetapi hulunya tidak di-support,” tutupnya. 

Melalui kehadiran di TPOMI 2025, BPDP berharap bisa terus mengevaluasi dan menyempurnakan penyaluran dana agar lebih tepat sasaran dan berdampak nyata bagi industri sawit berkelanjutan di Indonesia. (*)