SOKOGURU, BALI- Kursi keketuaan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines – East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) untuk periode 2025–2028 resmi dipegang Indonesia.
Kepemimpinan ini ditandai melalui pelaksanaan The 12th BIMP-EAGA Micro, Small & Medium Enterprises Development Working Group (MSMED WG) di Bali, pada 25–26 Agustus 2025.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Kemen UMKM), Bagus Rachman, dalam keterangan resmi Kemen UMKM, Rabu, 27 Agustus 2025.
Baca juga: Presiden Prabowo Dorong BIMP-EAGA Jadi Pusat Ketahanan Pangan, Fondasi Kedaulatan Kawasan
Ia mewakili Kementerian UMKM selaku tuan rumah penyelenggaraan The 12th BIMP-EAGA MSMED WG. Bagus menyampaikan apresiasi kepada Brunei Darussalam atas kepemimpinannya dalam tiga tahun terakhir.
Ia pun menegaskan kesiapan Indonesia untuk membawa semangat kolaborasi baru bagi penguatan UMKM di kawasan sub-regional Asia Tenggara.
“UMKM merupakan tulang punggung perekonomian di Indonesia. Mereka telah membuktikan daya saing melalui fleksibilitas, kreativitas, dan ketahanan di masa krisis. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi bersama,” kata Bagus saat membuka pertemuan.
Baca juga: Presiden Prabowo Hadiri KTT ke-16 BIMP-EAGA yang Dibuka Presiden Filipina, Ferdinand R. Marcos Jr
BIMP-EAGA, lanjutnya, merupakan inisiatif kerja sama sub-regional yang berfokus pada percepatan pembangunan sosial-ekonomi di wilayah terpencil dan kurang berkembang di keempat negara anggotanya.
Kerja sama ini mencakup peningkatan konektivitas, perdagangan, investasi, pariwisata, serta sektor strategis lainnya.
Sebagai ketua baru, imbuh Bagus, Indonesia menekankan sejumlah program prioritas yang sejalan dengan agenda nasional, antara lain penguatan ekosistem digital, fasilitasi legalitas dan sertifikasi produk.
Baca juga: ASEAN Weekend Market 2023 Perkuat Keberadaan UMKM ASEAN
Selain itu peningkatan akses pembiayaan, perluasan pasar domestik dan internasional, serta pengembangan kemitraan usaha berbasis klaster melalui Program Holding UMKM.
Khusus di sektor perkebunan, Indonesia menyoroti penguatan rantai pasok kakao sebagai salah satu komoditas unggulan yang berpotensi memperkuat kerja sama regional.
“Kami memiliki sekitar 30,1 juta UMKM yang berperan besar dalam menyerap tenaga kerja, menghasilkan pendapatan, dan mendorong inovasi lokal,” ujarnya di hadapan para peserta.
BIMP-EAGA, katanya lagi, menjadi platform penting untuk berbagi pengalaman, menyelaraskan kebijakan, serta merumuskan strategi bersama agar UMKM mampu bersaing di pasar regional maupun global.
Selain pertemuan resmi, delegasi dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina juga mengunjungi salah satu usaha pengolahan kakao berskala menengah di Bali.
“Kunjungan ini bertujuan memperkuat potensi kemitraan rantai pasok antar-UMKM di kawasan, sekaligus menunjukkan peluang ekspor kakao Indonesia yang selama ini telah masuk ke pasar negara tetangga,” kata Bagus.
Pertemuan ini turut menghadirkan 10 UMKM lokal yang menampilkan produk unggulan mereka, sebagai wujud nyata kontribusi pelaku usaha kecil menengah dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.
Diharapkan forum ini menghasilkan diskusi konstruktif, pertukaran gagasan yang bermanfaat, serta langkah konkret bagi penguatan UMKM di kawasan BIMP-EAGA. (SG-1)