SOKOGURU-Bandung- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bersama Pemerintah Kota Melbourne, Australia, berkomitmen mengatasi masalah sampah makanan yang semakin meningkat.
Untuk mengatasi masalah sampah makanan, Bandung dan Melbourne meluncurkan sebuah inisiatif kolaboratif bernama Melbourne - Bandung Food Waste Challenge 2025.
Kegiatan ini bertujuan menciptakan solusi terukur yang dapat diimplementasikan baik di tingkat lokal maupun global.
Baca juga: Pemkot Bandung Perkuat Strategi Penanganan Sampah dengan Kolaborasi dan Teknologi Canggih
Peluncuran acara ini dilaksanakan serentak di Kota Melbourne pada 26 Februari 2025 dan di Bandung pada tanggal yang sama, dihadiri oleh berbagai pihak termasuk pejabat Pemkot Bandung, masyarakat, serta pelaku usaha dan akademisi.
Pemerintah Bandung Ajak Warga Ciptakan Solusi Kreatif
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung, Iskandar Zulkarnain, dalam sambutannya menyatakan kebanggaannya atas kerja sama ini.
“Sebagai kota metropolitan, Bandung dan Melbourne sama-sama menghadapi permasalahan sampah makanan yang signifikan,” jelas Zul, sapaan Iskandar Zilkarnain, dalam acara yang digelar di Auditorium Balai Kota Bandung, Rabu (26/2).
Baca juga: Dorong Pengelolaan Sampah Berkelanjutan, Kota Bandung Resmikan TPST Motah Bakul Agamis
“Bandung merasa bangga bisa bekerja sama dengan Melbourne untuk mencapai tujuan zero food waste,” ujar Zul.
Menurut data statistik, Indonesia merupakan salah satu produsen sampah makanan terbesar di dunia, dengan sekitar 13 juta ton makanan terbuang setiap tahun.
Angka ini mencerminkan 5 persen dari Produk Domestik Bruto Indonesia. Sementara itu, di Australia, sampah makanan yang terbuang nilainya mencapai 3,36 miliar dollar Australia.
Tantangan Besar, Solusi Inovatif Menjadi Kunci
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung tahun 2022, sekitar 44,5% dari total sampah harian Kota Bandung—yakni 1.500 ton—adalah sampah makanan, atau setara dengan 667,5 ton per hari.
Zul menegaskan bahwa program ini lebih dari sekadar berbicara tentang masalah, tetapi juga memberikan solusi konkret.
Melbourne - Bandung Food Waste Challenge 2025 mengajak berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, mahasiswa, pelaku usaha, peneliti, hingga masyarakat umum, untuk berpartisipasi dalam mengembangkan solusi inovatif terhadap sampah makanan.
Fokus utama dari program ini adalah menemukan cara praktis untuk mengurangi sampah di sumbernya, redistribusi pangan yang layak konsumsi, serta pengembangan ekonomi sirkular.
Sektor-sektor Strategis Jadi Fokus Solusi
Zul menambahkan, sektor-sektor utama yang akan menjadi fokus inovasi dalam kompetisi ini adalah sektor katering, pasar, dan maskapai penerbangan.
Ketiga sektor ini tidak hanya berkontribusi besar terhadap masalah sampah makanan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari solusi.
Baca juga: Sambut HPSN 2025, Bandung Melangkah Menuju Kota Bebas Sampah
"Di sektor katering, kita bisa mengembangkan sistem pengelolaan makanan sisa yang lebih efisien,” terangnya.
“Di pasar, teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendistribusikan makanan yang masih layak konsumsi kepada yang membutuhkan. Sementara itu, di maskapai penerbangan, kita bisa mengurangi sampah makanan dengan sistem pemesanan yang lebih presisi," jelas Zul.
Ajakan untuk Berpartisipasi dalam Kompetisi
Melalui kompetisi ini, para peserta yang terdiri dari masyarakat Kota Bandung dan Melbourne, baik mahasiswa, pelaku usaha, peneliti, maupun startup, akan bekerja sama dalam tim untuk mengembangkan solusi yang berkelanjutan dan inovatif.
Mereka akan mengikuti lokakarya dan pendampingan dari pakar industri selama 8-10 minggu untuk mengembangkan prototipe yang dapat mengatasi masalah sampah makanan.
Pendaftaran untuk Melbourne - Bandung Food Waste Challenge 2025 telah dibuka sejak 3 Februari 2025 dan akan berlangsung hingga 14 Maret 2025.
Para peserta yang terpilih akan berkesempatan untuk berkontribusi langsung dalam menciptakan solusi nyata yang dapat diterapkan untuk mengurangi sampah makanan di kedua kota, serta memiliki dampak positif secara global.
Dengan adanya kolaborasi antara dua kota besar ini, diharapkan dapat tercipta inovasi yang bermanfaat untuk masa depan yang lebih berkelanjutan, serta mendorong kesadaran global akan pentingnya pengelolaan sampah makanan yang lebih baik. (SG-2)